Menjaga kesehatan otak adalah hal yang tak boleh diabaikan. Otak berperan dalam berbagai fungsi penting, mulai dari berpikir, mengingat, hingga mengendalikan emosi dan gerakan tubuh. Sayangnya, seiring bertambahnya usia atau gaya hidup yang kurang sehat, fungsi otak bisa menurun. 

Oleh karena itu, penting untuk memberikan nutrisi yang tepat agar otak tetap tajam dan bekerja optimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi suplemen yang mendukung kesehatan otak.

Menukil dari laman CNBC Make It, seorang dokter naturopati sekaligus pendidik Solcere Health Clinic bernama dr. Heater Sandison merekomendasikan sejumlah suplemen yang baik untuk kesehatan otak. dr. Sandison begitu percaya pada kekuatan suplemen yang dapat mengatasi kekurangan nutrisi dan mendukung proses kimia alami tubuh, termasuk detoksifikasi. 

“Saya telah menghabiskan  15 tahun mempelajari otak , dan lima tahun sebagai direktur medis di fasilitas perawatan ingatan residensial. Hampir setiap pasien yang saya temui pulang dengan membawa daftar suplemen yang direkomendasikan,” ujar dr. Sandison seperti dikutip, Senin (10/3/2025).

Sandison merekomendasikan lima suplemen yang dapat bermanfaat bagi hampir semua orang. Namun, ia menekankan pentingnya berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum mengonsumsinya. Konsultasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa suplemen tersebut sesuai dengan kondisi individu, menentukan dosis yang tepat, serta menghindari potensi interaksi dengan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. 

Baca Juga: Mengenal Chip Implan Otak Buatan Elon Musk untuk Manusia, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui

Beberapa nutrisi dan herbal dapat berinteraksi dengan obat resep secara berisiko, terutama jika berkaitan dengan nootropik atau obat psikiatris yang berfungsi sebagai penstabil suasana hati. Oleh karena itu, penggunaan suplemen harus dilakukan dengan bijak dan berdasarkan rekomendasi tenaga medis.

Berikut lima rekomendasi suplemen yang baik bagi kesehatan otak versi rekomendasi dr. Sandison.

1. Nootropik

“Nootropik” adalah istilah khusus untuk zat yang mendukung fungsi kognitif. Biasanya, zat ini mengandung campuran vitamin, lemak, asam amino, herbal, dan terkadang kafein.

Berdasarkan pengalaman dr. Sandison, nootropik membantu meningkatkan fokus, kejernihan mental, suasana hati, dan kualitas tidur yang lebih baik. Nootropik dapat meningkatkan level pada hari-hari ketika kamu kurang istirahat atau kurang makan.

“Saya meminumnya pada hari-hari ketika saya memberikan ceramah atau ketika saya memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan harus meminumnya sepanjang hari—mereka membantu saya tetap bertenaga, merasa produktif, dan tidur lebih nyenyak di malam hari,” tuturnya.

2. Vitamin D dengan K

Vitamin yang larut dalam lemak ini memiliki peran di seluruh tubuh, terutama dalam menjaga kesehatan tulang, tetapi juga berhubungan langsung dengan kesehatan otak.

“Meskipun kita tidak sepenuhnya memahami hubungan antara vitamin D dan fungsi kognitif, ketika orang memiliki cukup vitamin D, hal itu tampaknya dapat mencegah penurunan kognitif,” kata dr. Sandison.

Vitamin K bekerja dengan vitamin D untuk menyalurkan kalsium ke tulang. Seperti vitamin D, kadar vitamin K yang lebih tinggi dalam sirkulasi dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih baik.

Baca Juga: 5 Makanan Beku Terbaik untuk Kesehatan Otak

3. Omega 3

Asam lemak esensial Omega-3 dikenal memiliki sifat anti-peradangan yang dapat membantu mengurangi peradangan saraf serta menurunkan risiko penyakit jantung. Ketika kadar Omega-3 dalam aliran darah mencukupi, zat ini akan masuk ke dalam membran sel di seluruh tubuh, termasuk sel otak. Keberadaannya dalam membran sel berperan penting dalam menjaga kelenturan dan fungsi sel agar tetap optimal.

Namun, penting untuk memperhatikan cara penyimpanan Omega-3 agar tetap dalam kondisi baik dan memberikan manfaat yang maksimal. dr. Sandison menekankan bahwa apapun jenis Omega-3 yang dikonsumsi, suplemen ini sebaiknya disimpan di lemari es. Jika tidak disimpan dengan benar, Omega-3 dapat menjadi tengik, yang justru berisiko membahayakan sel tubuh alih-alih memberikan manfaat kesehatan.

4. Probiotik

Probiotik berperan penting dalam meningkatkan kesehatan usus, yang memiliki keterkaitan erat dengan kesehatan otak. Studi menunjukkan bahwa mikrobiota usus yang sehat dapat memberikan dampak positif terhadap fungsi kognitif dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Bakteri usus yang ramah membantu dalam proses pencernaan, membuat nutrisi lebih mudah diserap oleh tubuh sehingga meningkatkan asupan nutrisi penting.

Selain itu, probiotik juga berkontribusi dalam produksi neurotransmiter, yang memiliki peran krusial dalam mengatur suasana hati dan pola pikir. Hal ini semakin diperkuat oleh penelitian Becca Levy, seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Psikologi Universitas Yale, yang menemukan bahwa pola pikir dan kondisi mental seseorang dapat memberikan pengaruh besar terhadap risiko demensia. 

Dengan menjaga keseimbangan mikrobiota usus melalui konsumsi probiotik, kita tidak hanya mendukung sistem pencernaan yang sehat, tetapi juga membantu melindungi kesehatan otak dalam jangka panjang.

Baca Juga: Duduk Tidak Selalu Buruk! Penelitian Ungkap Jenis Aktivitas Sedentari yang Bermanfaat Bagi Kesehatan Otak

5. Enzim Pencernaan

Seiring bertambahnya usia, kadar asam klorida dalam tubuh mengalami penurunan. Padahal, asam klorida berperan penting dalam memecah makanan agar tubuh dapat mengakses dan menyerap nutrisi dengan optimal. Untuk mengatasi hal ini, mengonsumsi enzim pencernaan dalam bentuk suplemen dapat menjadi solusi yang membantu tubuh menyesuaikan diri dengan pola makan yang lebih sehat.  

Terdapat berbagai jenis enzim pencernaan, masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam memecah komponen makanan yang berbeda. Misalnya, lipase membantu mencerna lemak, protease berperan dalam pemecahan protein, sementara laktase bertugas mengurai laktosa, yaitu gula alami dalam produk susu.

 Asam klorida sendiri sebenarnya membantu dalam mencerna semua jenis makanan, tetapi bagi mereka yang mengalami refluks asam, kadar asam klorida yang tinggi justru bisa memperburuk kondisi tersebut.  

Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi enzim pencernaan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Bekerja sama dengan profesional kesehatan dapat membantu menentukan jenis enzim yang tepat untuk mendukung pencernaan, meningkatkan penyerapan nutrisi, serta mengatasi masalah seperti kembung, gangguan pencernaan, dan defisiensi nutrisi.

Semoga bermanfaat!