Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) atau Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi yang berada di bawah naungan IPB University telah melakukan berbagai riset untuk menciptakan produk turunan sawit. Berbagai produk tersebut diharapkan dapat membentuk masyarakat yang mandiri dan peduli lingkungan (green country), sebagaimana salah satu misi utama didirikannya SBRC.

Tim SBRC menjelaskan, pihaknya telah melakukan riset panjang yang mencakup banyak aspek, mulai dari bahan baku utama atau komponen di dalam produk, riset terkait formulasi, kesiapan pasar, serta persiapan lain terkait produk hingga dapat digunakan oleh konsumen. Riset dan penyiapan produk ini dilakukan melalui riset bersama antara IPB University dengan berbagai pihak, terutama dengan BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan).

Baca Juga: Gencarkan Hilirisasi Sawit, BPDP Dukung Gelaran ITTIE 2025 Batam

"Berbagai produk yang telah kami produksi ada Krimliz Rendang Seasoning Mix, SanSawit HandSoap, SanSawit Hand Sanitizer, Egea Penyerap Bau, Oil Spill Dispersant, dan lain sebagainya. Produk hasil turunan kelapa sawit tersebut merupakan produk yang lebih ramah lingkungan karena dari sisi bahan baku komponen yang digunakan menggantikan komponen yang secara normal biasanya berasal dari minyak bumi (non-nabati)," jelas Tim SBRC kepada Olenka, Senin (30/6/2025).

Produk turunan sawit itu pun mendapat respons positif dari pasar. Apalagi, kesadaran konsumen akan produk lebih ramah lingkungan makin hari makin besar. Hanya saja, harga produk ramah lingkungan yang biasanya lebih mahal daripada produk biasa masih menjadi kendala. SBRC pun berharap dapat memperluas pasar dengan membuka jalan ekspor.

"Saat ini kami masih mencari buyer di luar negeri. Kami terus meningkatkan kapasitas produksi dari setiap produk yang kami buat," tegasnya.

Hilirisasi Sawit ke Depan

Dengan makin beragamnya produk turunan sawit yang dihasilkan dari tahun ke tahun, hilirisiasi komoditas utama Indonesia ini ke depan masih potensial. SBRC juga mengakui pengembangan hilirisasi sawit saat ini lebih baik dibandingkan dengan awal tahun 2000. Hanya saja, peran aktif dari pemerintah atau instansi pendana terkait masih perlu ditingkatkan agar hilirisasi produk ini makin beragam.

"Pengembangan hilirisasi ini diharapkan tidak hanya dari sisi pendampingan riset, tetapi hingga produk-produk hilirisasi bisa terkomersialisasi dengan baik, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri," harap Tim SBRC.

Berbagai riset terkait produk turunan sawit juga masih dilakukan oleh SBRC. Riset yang dilakukan, di antaranya, ialah menambah komponen baru yang bisa menggantikan produk non-nabati yang sudah biasa dipakai perusahaan konvensional. "Kami juga melakukan pengembangan pada berbagai produk baru, seperti produk-produk kosmetik, produk kebersihan, dan produk rumah tangga," tandas Tim SBRC.

Pemerintah Indonesia pun terus menunjukkan keseriusan dalam peningkatan hilirisasi sawit ke depan. Salah satunya melalui BPDP, lembaga pembiayaan di bidang perkebunan yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Sesuai amanat Perpres Nomor 132 Tahun 2024, BPDP ikut melakukan pemberdayaan UKMK Sawit.

Kegiatan pengembangan dan pemberdayaan tersebut meliputi pelaksanaan dukungan pendanaan kegiatan pengembangan produk UKMK Sawit; workshop dan praktik pembuatan produk UKMK Sawit; workshop lanjutan peningkatan kapasitas UKMK Sawit; promosi produk UKMK Sawit pada event di dalam dan luar negeri; serta perluasan jejaring UKMK Sawit untuk akses pembiayaan, peningkatan kualitas produk, dan akses pasar.

Pada Kamis, 19 Juni 2025 lalu, BPDP resmi meluncurkan Katalog 100 Produk UKMK Kelapa Sawit edisi kedua. Katalog ini memuat 100 produk unggulan dari UMKM dan koperasi petani sawit di berbagai daerah yang mencerminkan potensi luar biasa dari pemanfaatan komoditas sawit secara menyeluruh. Katalog ditujukan untuk memperluas pasar produk turunan sawit hingga mancanegara.