Ketika Andy Jassy mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan dari Jeff Bezos sebagai CEO Amazon, ia tak sekadar menerima jabatan prestisius di salah satu perusahaan terbesar dunia.
Ia juga menghadapi perubahan identitas yang mendalam, yakni sebuah transisi yang bisa mengguncang bahkan pemimpin paling berpengalaman sekalipun. Seperti halnya Greg Abel yang akan menggantikan Warren Buffett, Jassy berhadapan dengan warisan besar dari figur legendaris yang membentuk DNA perusahaan sejak awal.
Namun, dalam tekanan luar biasa dan ekspektasi tinggi tersebut, Jassy menemukan pijakan. Dalam sebuah wawancara di podcast How Leaders Lead, sebagaimana dikutip dari Forbes, senin (2/6/2025), ia berbagi tiga prinsip yang bukan hanya membantunya membangun keunggulan operasional, tapi juga menjaga ketahanan mental.
Nah, prinsip-prinsip ini bukan sekadar strategi kepemimpinan, melainkan panduan esensial untuk tetap waras di tengah kompleksitas dan tuntutan peran eksekutif. Kira-kira apa saja?
1. Delegasikan atau Tenggelam
Kepemimpinan seringkali identik dengan kendali. Namun, menurut Jassy, justru pelepasan kendali yang sehatlah yang menjadi kunci.
“Anda harus mendelegasikan secara besar-besaran agar berhasil,” ujarnya.
Dalam posisinya memimpin lebih dari dua puluh lima unit bisnis di Amazon, Jassy menyadari bahwa mustahil untuk terlibat secara langsung dalam setiap keputusan harian.
Delegasi bukanlah bentuk kelemahan, melainkan strategi bertahan. Terlalu banyak pemimpin terperangkap dalam keinginan untuk mengawasi segalanya, hingga akhirnya kehabisan energi dan fokus. Padahal, studi terhadap ribuan pemimpin global menunjukkan bahwa delegasi adalah salah satu alat paling efektif namun sering terabaikan dalam mencegah kelelahan dan kejenuhan.
Mendelegasikan berarti mempercayai orang lain, dan lebih penting lagi, mempercayai diri sendiri untuk melepaskan. Ini adalah bentuk perawatan diri mental yang tak hanya menjaga kapasitas otak tetap tajam, tapi juga memungkinkan seorang pemimpin melihat gambaran besar dengan lebih jernih.
Baca Juga: Strategi dari CEO Walmart Agar Memperoleh Promosi Lebih Cepat di Tempat Kerja
2. Biarkan Hubungan Diatur Ulang
Transisi kekuasaan kerap membawa perubahan tak terlihat dalam hubungan profesional. Jassy menyadari bahwa meskipun ia telah bertahun-tahun bekerja bersama para eksekutif senior di Amazon, segala sesuatunya berubah ketika ia menjadi CEO.
“Saya pikir tidak akan jadi masalah besar. Tapi kenyataannya, setiap hubungan diatur ulang,” kenangnya.
Bagi banyak pemimpin, perubahan ini bisa terasa mengejutkan atau bahkan menyakitkan. Namun Jassy mengingatkan bahwa itu adalah proses alami. Relasi yang dulunya setara kini memiliki dimensi kekuasaan baru. Tak semua hubungan mampu bertahan atau berkembang dalam konteks baru ini dan itu tidak apa-apa.
Mengizinkan hubungan untuk berubah memberi ruang bagi kejujuran dan kejelasan. Daripada memaksakan keharmonisan semu, pemimpin sebaiknya fokus membangun dinamika yang autentik dan relevan dengan realitas baru. Dalam tekanan tinggi dunia eksekutif, melepaskan hubungan yang tak lagi seimbang justru bisa menjadi bentuk kebebasan emosional yang menyelamatkan.
3. Terima Ketidaktahuan, tapi Jangan Terperangkap dalam Keraguan
Salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan adalah menjaga keseimbangan antara kerendahan hati dan kepercayaan diri. Ada godaan besar untuk selalu tampak tahu segalanya, padahal dalam kenyataannya tidak ada pemimpin yang benar-benar punya semua jawaban.
Bagi Jassy, mengakui apa yang belum diketahui adalah bentuk kekuatan. Namun ia menekankan pentingnya tidak membiarkan ketidaktahuan berubah menjadi keraguan yang melumpuhkan.
“Anda harus percaya pada naluri Anda. Bahkan jika Anda salah, orang akan memberi tahu Anda dan itu tidak masalah,” tuturnya.
Di tengah lautan keputusan penting, pemimpin yang kehilangan kepercayaan pada intuisinya akan mudah terombang-ambing, kehilangan arah, dan membawa timnya ke dalam ketidakpastian. Kejelasan, meskipun belum sempurna lebih berguna daripada diam dalam kebimbangan. Dalam banyak kasus, kemajuan datang bukan dari jawaban yang tepat, tapi dari keberanian untuk melangkah.
Nah Growthmates, apa yang dibagikan Andy Jassy bukanlah sekadar saran taktis bagi mereka yang baru menapaki posisi puncak. Ini adalah refleksi tentang keberlanjutan emosional dalam kepemimpinan. Dalam dunia yang menuntut kecepatan, akurasi, dan pengambilan keputusan konstan, menjaga kewarasan adalah pencapaian tersendiri.
Baca Juga: Pelajaran dari CEO Siemens: Waktu Terbaik Berinovasi adalah saat Anda Berada di Puncak