Dalam peringatan 25 tahun inovasinya, Synology, perusahaan Taiwan penyedia perangkat Network Attached Storage (NAS) khusus, meluncurkan portofolio solusi perlindungan data terbaru yang dirancang khusus untuk menghadapi era ledakan pertumbuhan data dan memperkuat ketahanan digital industri.

Peluncuran ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga simbol dari visi masa depan Synology sebagai ujung tombak perkembangan teknologi penyimpanan dan perlindungan data di kawasan Asia Tenggara.

“Hari ini bukan sekadar peluncuran produk, tetapi bagian dari perjalanan besar yang memengaruhi seluruh dunia bisnis di Asia Tenggara, yakni transformasi digital. Kalau dulu transformasi digital hanya terdengar seperti rencana, kini itu adalah keharusan bagi bisnis untuk tetap kompetitif di dunia yang digerakkan oleh data,” tutur Thachawan Chinchanakarn, Head of Southeast Asia Synology Inc., saat acara press conference di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Sebelumnya, Thachawan membuka sesi dengan pertanyaan retoris, yakni “Apakah Anda tahu seberapa besar jumlah data yang akan kita hasilkan pada tahun 2025?”. Dan, jawabannya mencengangkan, yakni 175 zettabyte.

Ia lantas memberikan analogi sederhana bahwa satu film 4K berukuran sekitar 50 GB. Jika data sebanyak 175 zettabyte ditonton dalam format film 4K tanpa henti, dibutuhkan waktu sekitar 1 miliar tahun untuk menyelesaikannya. Dalam 10 tahun ke depan, volume ini diprediksi akan bertambah 10 kali lipat.

“Angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah realitas baru dunia bisnis. Asia Tenggara kini menjadi hot spot pembangunan pusat data. Infrastruktur digital kita berkembang sangat cepat, dan ini membuka peluang besar sekaligus tantangan besar,” jelas Thachawan.

Dipaparkan Thachawan, menurut survei internal Synology, 90% bisnis di Asia Tenggara telah mengadopsi transformasi digital, dengan dua pendorong utama: meningkatkan efisiensi melalui otomasi dan penghematan biaya operasional.

Namun, adopsi ini belum sepenuhnya matang, 85% bisnis masih berada pada tahap awal hingga menengah dalam proses transformasi digital. Adapun, salah satu penghambat terbesar adalah keamanan. Dia juga melanjutka, bahwa 55% bisnis pernah mengalami serangan siber, dan hanya 22% yang yakin dengan kemampuan disaster recovery mereka.

“Artinya, 78% bisnis di kawasan ini merasa data mereka berisiko hilang jika terjadi serangan. Selain itu, keterbatasan anggaran dan kurangnya tenaga ahli IT juga menjadi tantangan serius,” paparnya.

Perjalanan Panjang Synology

Kemudian, Thacawan pun menuturkan bahwa di tahun ini Synology merayakan ulang tahun ke-25, sebuah tonggak sejarah sejak berdiri pada tahun 2000.

Empat tahun kemudian, kata dia, perusahaan meluncurkan NAS modern pertama yang menyatukan perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi dalam satu platform terpadu. Langkah inilah yang kemudian menjadi standar industri penyimpanan data masa depan.

Selama dua dekade lebih, lanjut dia, Synology membangun ekosistem terintegrasi yang mencakup penyimpanan data, pengawasan video, alat produktivitas, dan perlindungan data, termasuk layanan cloud milik mereka, Synology C2.

Saat ini, kata Thachawan, teknologi Synology telah diimplementasikan di lebih dari 14 juta instalasi di seluruh dunia, melindungi lebih dari 25 juta endpoint, dan mendukung lebih dari 2 juta kamera aktif.

Baca Juga: Synology Percepat Transformasi Digital Indonesia Melalui Inovasi dan Produk Unggulan Terbaru