“Bill Gates pernah bicara dengan saya, 'Pak Tahir, kalau saya sudden death, saya paling cuma ninggalin uang sedikit kepada anak-anak. Semua saya sumbangkan'. Nah ini beda. Ada suatu lelucon di Tiongkok, itu ada satu orang kaya di sebuah desa. Waktu dia hitung hartanya, dia menangis. 'Kenapa kamu kaya, kamu menangis?', 'karena harta saya cuma sampai ke genarasi ke-13. Nanti ke-14 akan miskin',” sambungnya.
Dari cerita tersebut, Tahir menuturkan harus lebih berhati-hati dalam memaknai sebuah kesuksesan, jangan sampai terjebak di dalam materi.
Menurutnya, sukses bukan semata karena berapa banyak uang yang dimiliki. Melainkan, kesuksesan bisa dalam cara berpikir seseorang.
“Saya kebetulan orang yang penggemarnya Pak Jokowi. Saya anggap beliau termasuk salah satu orang visioner dengan infrastruktur yang ada, dengan IKN. Saya bangun rumah sakit IKN, bukan karena suatu flamboyan. Tapi, saya melihat IKN itu the future, itu bagus. Orang tanya rumah sakit di IKN berapa orang yang berobat? Saya bilang, 'enggak. saya cover Kalimantan Barat, Kalsel, dan Kaltim. Itu nasabahnya begitu banyak',” tutur Tahir.
“Jadi, kita melihat cara kesuksesan itu berbeda-beda. Yang paling dangkal yaitu, 'uangnya berapa?, 'orang kaya ke-10', tapi sebenarnya itu yang sangat disayangkan,” imbuhnya.