MSD Indonesia, perusahaan farmasi global, bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menutup kesenjangan informasi dan penanggulangan seputar kanker. Hal ini selaras dengan peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini, yang mengusung tema: ‘Close the Care Gap’.

Sejumlah tokoh penting dan figur publik turut hadir dalam puncak peringatan Hari Kanker Sedunia, diantaranya, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin; Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono, SpPD-KHOM, FINASIM; Shahnaz Haque; Indro “Warkop”; Bambang Reguna Bukit atau yang akrab disapa Bams, dan perwakilan MSD Indonesia.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, dalam kata sambutannya menyampaikan,“Kanker itu strateginya harus dideteksi dini. Kalau kanker bisa terdeteksi dini, dengan teknologi yg ada sekarang survivability rate-nya (tingkat keselamatan) tinggi. Kalau ketahuan terlambat, penderitaannya besar. Jadi, tolong promosi agar masyarakat bisa melakukan deteksi dini kanker. Jangan buat mereka takut. Perubahan sosial ini yang butuh upaya bersama. Kalau deteksi dini kanker itu dilakukan maka 80% cerita sedih dan kematian akan jauh berkurang. Jadi jangan takut untuk periksa dini.”

Adanya kesenjangan dalam pemahaman dan pengobatan kanker menjadi salah satu tantangan besar dalam melawan penyakit mematikan ini. Beberapa kesenjangan yang lekat di masyarakat diantaranya, masih banyaknya informasi yang salah mengenai kanker, keterlambatan dalam penanganan kanker, hingga masih adanya penolakan dari pasien maupun keluarga dalam menjalani pengobatan kanker.

Penolakan berobat masih sering terjadi karena ketidaktahuan pasien yang menyebabkan sebagian besar kasus datang pada stadium lanjut. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70% pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut. Senada itu, berdasarkan jurnal yang dirilis oleh Jurnal Kedokteran Indonesia pada tahun 2021, 86% pasien kanker mengalami keterlambatan pengobatan.

Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono, SpPD-KHOM, FINASIM., mengungkapkan, seseorang yang didiagnosis kanker tentunya merasakan pergolakan emosi yang sangat berat. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan kebersamaan dari keluarga dan lingkungan sekitar.

“Setiap tindakan kecil kita, mulai dari peningkatan pemahaman diri, memberikan dukungan aktif, hingga keterbukaan terhadap perawatan yang inovatif memiliki dampak besar dalam memberikan perawatan terbaik bagi mereka yang sedang berjuang. Dengan membekali diri dengan informasi yang tepat, diharapkan pasien bisa mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat, sehingga dapat mengurangi dampak dari penyakit. Apalagi, saat ini pengobatan inovatif untuk kanker juga sudah tersedia di Indonesia,” tutur Prof. Aru.