Hubungan antara CEO dan dewan direksi merupakan keseimbangan yang rumit antara kepercayaan dan akuntabilitas. Terkadang hubungan tersebut dapat menjadi tidak pasti, dan paling buruk tidak efektif dan bergejolak, yang sangat merugikan organisasi dan semua orang yang terlibat.
Salah satu narasi yang sudah umum beredar menyatakan bahwa dewan direksi ada terutama untuk mengawasi pekerjaan CEO, mewakili kepentingan pemegang saham, dan memastikan kinerja perusahaan sejalan dengan tujuan strategis jangka panjang.
Meskipun secara teknis benar, pandangan ini membatasi, jika tidak sepenuhnya menyesatkan. Pada kenyataannya, CEO memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap dewan direksi mereka daripada yang disadari atau berani dimanfaatkan oleh kebanyakan orang.
CEO yang kuat dengan hubungan yang sehat dengan dewan direksi mereka dapat dan harus secara proaktif membentuk komposisi, arah, dan budaya dewan direksi untuk memastikan dewan direksi bekerja untuk mendukung mereka, bukan untuk merugikan atau menentang mereka.
Seperti yang dikatakan Michael Seckler, CEO Justworks, “para pendiri dan CEO yang tidak memiliki tingkat kesengajaan yang sama dalam mengelola dewan direksi seperti yang mereka lakukan terhadap tim kepemimpinan mereka, melakukan kesalahan besar”.
Perkataan Michael mengisyaratkan kebenaran utama yang baru diketahui banyak CEO dan pendiri: mengabaikan peran proaktif dalam manajemen dewan direksi dapat menyebabkan ketidakselarasan, hilangnya peluang, dan bahkan keluarnya CEO pada akhirnya.
Dan berikut adalah sederet tips untuk para CEO agar dapat membangun hubungan yang sehat dengan dewan direksi, dikutip dari Forbes, Senin (3/2/2025):
1. Pilih Anggota Dewan Direksi Berdasarkan Keahlian Mereka, Bukan Hanya Jabatan atau Prestise Mereka
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan CEO adalah mengisi dewan direksi dengan nama-nama terkenal atau anggota dengan kantong tebal tanpa mempertimbangkan keahlian unik yang dimiliki setiap anggota.
Dewan direksi yang memiliki keterampilan yang tumpang tindih dapat menjadi berlebihan, dan perusahaan akan kehilangan perspektif yang beragam. Para CEO perlu mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri, dan mengisi kesenjangan tersebut dengan anggota dewan yang dapat menawarkan saran di bidang-bidang seperti teknologi, keuangan, atau penskalaan.
Misalnya, perusahaan yang akan berekspansi ke pasar internasional harus memprioritaskan anggota dewan yang memiliki pengalaman dalam ekspansi global di negara dan industri yang bersangkutan. Dengan cara ini, dewan bertindak sebagai perpanjangan dari tim eksekutif, memberikan nilai riil, bukan sekadar menjalankan fungsi pengawasan.
Ingat, para CEO dapat, dan harus, meninjau komposisi dewan mereka secara berkala, dan menyesuaikan secara proaktif dengan jenis dukungan yang mereka lihat dibutuhkan dalam beberapa bulan atau tahun mendatang.
Baca Juga: Deretan Perempuan CEO Ternama di Indonesia
2. Ciptakan Budaya Komunikasi Terbuka dan Pengambilan Risiko Strategis
Membangun dewan yang bekerja untuk CEO berarti menumbuhkan budaya keterbukaan dan kepercayaan. Para CEO perlu memastikan bahwa rapat dewan lebih dari sekadar formalitas. Dewan harus menjadi tempat di mana keberhasilan dan kekhawatiran dibahas secara terbuka, tanpa takut dihakimi. K
etika kemitraan antara dewan dan CEO berjalan sebagaimana mestinya, hal itu mendorong pengambilan risiko strategis yang mendorong perusahaan maju. Menciptakan budaya komunikasi yang terbuka dan transparan membantu dewan direksi agar tidak terdegradasi menjadi komite pengaduan yang hanya berfokus pada kepatuhan dan pengawasan.
Dewan direksi yang dibentuk secara optimal harus mendorong CEO untuk mengambil risiko yang diperhitungkan yang dapat menghasilkan pertumbuhan eksponensial.
Untuk mencapai hal ini, CEO harus menerapkan struktur yang komunikasinya sering dan transparan. Pertemuan informal yang rutin dengan anggota dewan direksi di luar rapat yang dijadwalkan dapat membuat mereka tetap terlibat dan menyadari tantangan serta peluang bisnis yang sedang berlangsung. Hal ini memastikan bahwa dewan direksi menjadi mitra dalam pengambilan keputusan strategis, bukan sekadar mesin pengecek dan penyeimbang.
3. Selaraskan Komposisi Dewan Direksi dengan Budaya Perusahaan dan Tujuan Jangka Panjang
Sangat penting bahwa budaya dewan direksi selaras dengan budaya CEO dan perusahaan secara keseluruhan.Ketika anggota dewan direksi memiliki nilai dan visi jangka panjang yang sama dengan CEO, akan lebih mudah untuk membangun konsensus tentang keputusan penting.
CEO harus menghindari pengoptimalan untuk penilaian jangka pendek dan sebaliknya berfokus pada pembangunan dewan direksi yang melengkapi tujuan strategis mereka, baik melalui kepribadian, pengalaman, dan pendekatan untuk mengelola kompleksitas di tingkat korporasi.
Misalnya, seorang CEO yang memimpin perusahaan yang didorong oleh inovasi harus mencari anggota dewan yang menghargai kreativitas dan kemampuan beradaptasi daripada efisiensi operasional yang kaku.
Memiliki individu di dewan yang memprioritaskan visi jangka panjang dapat mencegah perusahaan disesatkan oleh investor yang mencari keuntungan cepat. Evaluasi berkala terhadap komposisi dewan dapat membantu memastikan bahwa para anggotanya terus selaras dengan kebutuhan bisnis yang terus berkembang.
Baca Juga: Apakah Era CEO Milenial Telah Tiba?