"Hindari penggorengan yang berlebihan atau penggunaan minyak berlebih yang dapat berpotensi menambah kalori dan lemak. Ketika ada lemak berlebih pada daging, bisa dipotong atau dibuang untuk mengurangi asupan lemak jenuh yang tidak sehat. Jika memungkinkan, pilihlah daging merah tanpa lemak. Kemudian, hindari membakar, mengasinkan, dan mengawetkan daging," terangnya.
dr. Debora lantas menyarankan, sebaiknya ketika memasak daging merah pilih cara pengolahan yang sehat, seperti direbus atau dipanggang dengan sedikit minyak dan dikonsumsi bersama sayuran segar, seperti brokoli, wortel, kubis, dan bayam yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral penting.
"Beberapa penelitian menunjukkan ada keterkaitan antara konsumsi daging merah yang berlebihan dengan meningkatnya risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar. Namun, kita tetap perlu waspada karena risiko kesehatan secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup dan genetika. Bahkan banyak makanan lainnya yang juga bisa memicu kanker," ungkap dr. Debora.
dr. Debora mengatakan daging merah dan kanker masih menjadi topik yang kompleks dan terus dipelajari dalam dunia kesehatan. Ia juga menyarankan jika memiliki komorbid (penyakit bawaan) atau riwayat kanker dalam keluarga sebaiknya konsultasikan kondisi tubuh pada dokter untuk mendapatkan informasi yang benar untuk kesehatan.
"Mendapat pengetahuan dari sumber yang tepat akan membantu Anda membuat keputusan yang lebih bijak terkait makanan yang bisa dikonsumsi agar kesehatan tetap terjaga," imbuhnya.
Bagi yang masih sehat dan berusia produktif, dr. Debora menyarankan agar selain menjaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat dan olahraga teratur juga sebaiknya berasuransi sebagai langkah preventif menghadapi risiko kesehatan yang dapat terjadi tidak terduga dan dapat merugikan keberlangsungan hidup keluarga.
Semoga informasinya bermanfaat, ya!