Sang ayah mengambil peran selayaknya sebagai orang tua, ketimbang membebani anak-anaknya dengan  menghujani mereka dengan nasihat panjang lebar, ia memilih memberi contoh untuk diteladani sambil sesekali memberi wejangan singkat.  Pola asuh seperti ini sukses besar di terapkan di tengah keluarga Ciputra. 

“Gerak-gerik dan teladannya telah cukup menginspirasi kami. Kadang, secara khusus ia menasehati kami. Wejangannya melulu soal kerja keras dan tanggung jawab hidup,” ujar Ciputra.

"Kau tahu, Nyong. Semua manusia di dunia ini harus berjuang untuk bisa hidup. Selain mencukupi hidupmu dengan materi, kau juga perlu memiliki martabat. Itu sebabnya kau harus menjadi orang yang memiliki sikap baik," lanjut Ciputra mengulangi ucapan ayahnya. 

Mengenang Ibu

Selain mengenal bapak lebih jauh, Ciputra juga menjadi lebih tahu watak dan karakter ibu setelah mereka pindah ke Bumbubulan. 

Dari sini Ciputra mulai paham, jika ayah adalah tiang penyangga yang menopang keluarga maka ibu adalah atap yang menaungi seisi rumah dengan kelembutan hatinya. Tak hanya itu, ibunya juga adalah seorang pekerja keras yang selalu siap  sedia dan memastikan semua urusan di dalam rumah beres.  

“Mama seorang perempuan yang lembut dan pekerja keras. Ia menghabiskan seluruh waktunya untuk kami. Jika saya harus menyebutkan apa ciri khas Mama, maka saya bisa menyebutkan: ia selalu bekerja,” ujar Ciputra. 

“Bekerja dan bekerja. Ia perempuan yang rajin dan penuh pengabdian. Konon, keluarganya memang tipikal keluarga yang sangat rajin. Kerajinan itu pula yang membuat Papa jatuh hati pada Mama. Ia kagum ada seorang perempuan cantik yang begitu suka bekerja dan hemat,” tambahnya. 

Bagi Ciputra, ibu adalah sosok malaikat. Ia bergumul sepanjang hari seutuhnya untuk kebaikan keluarga. Ia memastikan anak-anaknya berada dalam keadaan baik.

“Mama bangun pagi-pagi sekali dan sudah menghidupkan dapur. Kami sudah menghirup asap sedap dari dapurnya bahkan ketika hari masih sangat gelap. Ia tidak banyak bicara. Setelah memasak ia sibuk membersihkan rumah. Ada saja yang ia kerjakan. Tidak pernah tampak menganggur. Di waktu luang ia menjahit pakaian kami. Mama sangat mengkhawatirkan kami,” katanya lagi. 

Baca Juga: Kehidupan Ciputra Kecil yang Keras di Gorontalo: Bak Dipenjara

Selain memastikan seisi rumah baik adanya,ibunda juga memastikan bahwa anak-anaknya tetap terkontrol dengan, ia bahkan rela mengorbankan jiwa raga untuk anak-anaknya, acap kali ia menangis sendiri ketika perangai anak-anaknya tak berkenan di hatinya. 

“Ia memeluk kami dan mengatakan lebih baik ia mati daripada melihat kami rusak karena kenakalan kami. Mama memang malaikat bagi kami,” ucap Ciputra.

Berkat kerja keras kedua orang tuanya, keluarga Ciputra hidup serba berkecukupan di Bumbulan kendati mereka bukanlah keluarga kaya raya. 

“Tak ada yang menyedihkan dalam kehidupan kami. Semua serba- cukup meskipun kami bukan orang kaya,” pungkasnya..