Di sisi lain, untuk memahami keterkaitan antara kronotipe (preferensi jam tidur seseorang) dan risiko diabetes, Kianersi bersama timnya melakukan survei terhadap lebih dari 60.000 perawat perempuan. 

Mereka diminta menyebutkan kecenderungan pola tidurnya. Sekitar 35% mengaku sebagai “morning person” atau lebih suka bangun pagi, sementara 11% menyebut dirinya sebagai “night owl” alias suka begadang.

Saat studi dimulai, seluruh peserta tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti kanker, gangguan kardiovaskular, atau diabetes. Para perawat ini lalu diminta melaporkan jika mereka didiagnosis diabetes hingga penelitian selesai pada 2017.

Untuk melengkapi data, para peneliti juga mengumpulkan informasi gaya hidup para peserta melalui kuesioner. Enam aspek yang dinilai antara lain konsumsi alkohol, indeks massa tubuh (BMI), aktivitas fisik, kebiasaan merokok, durasi tidur, serta pola makan.

Baca Juga: Jangan Begadang, Ini 5 Manfaat Tidur Cukup Bagi Kesehatan

Hasilnya, mereka yang mengaku sebagai night owl cenderung memiliki gaya hidup kurang sehat. Mereka lebih sering merokok, kurang tidur, jarang berolahraga, serta memiliki pola makan yang buruk dan BMI lebih tinggi dibandingkan morning person.

Kianersi mengungkapkan, salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa perawat yang suka begadang memiliki peningkatan risiko terkena diabetes hingga 72%. Namun, setelah mempertimbangkan faktor gaya hidup tidak sehat, risiko tersebut menurun menjadi 19%. Artinya, gaya hidup berperan besar terhadap tingginya risiko diabetes pada individu dengan kronotipe malam.

Meskipun temuan ini selaras dengan penelitian sebelumnya—yang menyebut bahwa orang yang suka begadang lebih rentan terhadap diabetes dan penyakit jantung serta cenderung menggunakan alkohol dan tembakau—penelitian Kianersi menyoroti satu hal penting di mana faktor gaya hidup menjadi pembeda utama yang memperburuk risiko diabetes pada night owl.