Polemik kelangkaan BBM di SPBU swasta belum juga menemui titik terang. Beberapa waktu lalu, pemerintah dan pengelola SPBU swasta mencapai kesepakatan bahwa pasokan BBM di SPBU swasta akan dipenuhi oleh PT Pertamina. Namun, kesepakatan tersebut kandas di tengah jalan.

PT Vivo Energy Indonesia menjadi pihak SPBU swasta yang pertama menegumumkan batal membeli BBM dari Pertamina. Padahal, sebelumnya Vivo berencana membeli 40.000 barel BBM dari Pertamina. Pembatalan tersebut disampaikan oleh Direktur Vivo Energy Indonesia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI pada Rabu (01/10/2025). Hal itu dilakukan karena ada beberapa hal teknis yang belum bisa dipenuhi oleh Pertamina.

"Sehingga apa yang sudah kami minta itu (BBM base fuel) dengan terpaksa dibatalkan," ungkapnya dalam RDP dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (2/10/2025).

Baca Juga: Kebijakan Impor BBM Satu Pintu: Lampu Kuning Iklim Investasi dan Pemenuhan Hak Konsumen?

Kendati demikian, Vivo tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya mereka akan membeli BBM dari Pertamina jika spesifikasi yang diminta bisa dipenuhi oleh pihak Pertamina. Dalam kesempatan itu pula, Vivo menyebut stok BBM yang ia miliki sudah habis untuk bulan Oktober 2025 ini.

"Kami tetap akan berkoordinasi dengan Pertamina untuk saat-saat mendatang siapa tahu apa yang kami minta itu bisa dipenuhi oleh Pertamina dan kami akan beli dari Pertamina," jelasnya.

Respons Pertamina

Pembatalan pembelian BBM oleh Vivo juga diamini pihak Pertamina. Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengungkapkan salah satu kendala dalam kerja sama antara pihak swasta dengan Pertamina ialah adanya kandungan etanol pada BBM murni atau base fuel milik Pertamina. Kandungan etanol tersebut dinilai tidak sesuai spesifikasi BBM SPBU swasta.

"Secara regulasi itu diperkenankan kandungan etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah, sampai 20% etanol, nah sedangkan ini ada etanol 3,5%," jelas Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (2/10/2025).

Kendati demikian, lanjutnya, pengelola SPBU swasta siap untuk bernegosiasi untuk pembelian pada kargo selanjutnya.

"Ini bukan masalah kualitas, masalah konten. Kontennya ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Karena ini beda-beda merek, beda spesifikasi," ungkapnya lagi.

Respons Menteri ESDM

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, turut merespons pembatalan pembelian BBM oleh Vivo dari Pertamina. Ia menyebut, pengelola SPBU swasta masih terus bernegosiasi secara business to business (B to B) dengan Pertamina.

"Kami hanya memberikan guidance. Selebihnya diatur (secara B to B)," tegas Bahlil di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Dalam kesempatan itu, Bahlil memastikan bahwa stok BBM dalam negeri dalam kondisi aman dan cukup hingga 21 hari. Khusus untuk ketersediaan BBM pada SPBU swasta, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah sudah menambahkan kuota impor BBM sebesar 10% lebih tinggi dibandingkan kuota impor pada 2024 lalu.

"Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita, ketersediaan kita menipis. Nggak ada. Sudah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya," pungkas Bahlil.