Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengejutkan publik dengan rompi bertuliskan ‘Putra Mulyono’  Rompi nyentrik itu dipakai Kaesang ketika blusukan ke Kampung Barat, Desa Daru, Jambe, Tangerang, Banten beberapa hari lalu.

Rompi hitam bergambar seorang pria siluet mirip Jokowi itu lantas menjadi  perbincangan publik, ada pro kontra, banyak yang beranggapan bahwa Rompi tersebut merupakan respons Kaesang terhadap sejumlah isu yang menghantam keluarga Jokowi belakangan ini termasuk isu dugaan gratifikasi jet pribadi. 

Baca Juga: KPK Tegaskan Kasus Kaesang Berbeda dengan Mario Dandy

Perlu diketahui nama Mulyono belakangan diidentikkan dengan Jokowi, banyak pihak yang akhirnya memanggil Kepala Negara dengan nama tersebut, Mulyono adalah nama kecil Jokowi.  

Cara keluarga Jokowi merespons berbagai dinamika politik dengan gaya nyeleneh seperti ini bukan baru pertama kali dilakukan, pada Pilpres 2024, kakak Kaesang yang juga wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka juga melakukan hal yang sama ketika publik ramai-ramai mengubah namanya menjadi Samsul. Dalam sebuah kesempatan, Gibran justru muncul di hadapan publik dengan jersey sepak bola bertuliskan Samsul di atas nomor punggungnya.  

Politik Merendahkan Diri 

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro mengatakan gaya anak-anak Jokowi merespons berbagai isu dengan gaya nyeleneh tersebut justru sangat ampuh untuk mengat simpati masyarakat, cara seperti ini sudah sukses diterapkan Gibran sebelumnya, kini sang adik yang sedang diterpa isu dugaan gratifikasi jet pribadi meniru gaya tersebut yakni menggunakan pendekatan politik 'merendahkan diri' atau self-deprecating humor. 

"Dalam konteks komunikasi politik, anak muda ingin mengekspresikan diri lebih leluasa dengan menggunakan pesan yang lucu, memicu perhatian, bahkan mengandung unsur humor yang agak sarkastis. Artinya, pendekatan komunikasi yang digunakan justru mengungkapkan pernyataan 'merendahkan diri' atau self deprecating humor untuk mendapatkan simpati atau menjadi pusat perhatian banyak orang," kata Verdy. 

Menurut Verdy gaya komunikasi politik seperti punya peluang keberhasilan yang sangat tinggi, persepsi publik bisa berubah drastis,sebab lazimnya orang-orang yang terpojok biasa bangkit melawan dan membela dirinya, namun Kaesang dan Gibran justru tampil ke hadapan publik dengan memparodikan berbagai isu yang menghantam mereka. 

"Dengan hal itu, bisa dimaksudkan sebagai bentuk taktik manajemen kesan untuk mengubah persepsi publik terhadap isu atau masalah yang disoroti," jelas Verdy. 

Dikritik Keras

Walau tingkat kesuksesan  self-deprecating humor sangat tinggi, tetapi bukan berarti gaya komunikasi politik seperti ini selalu 100 persen berhasil. Kalau konteksnya tak sesuai cara komunikasi politik seperti justru gagal total.

Baca Juga: Anies Baswedan dan Penyesalan Terbesarnya Setelah Gagal Nyagub di Pilkada Jakarta

"Jika sampai salah penggunaan karena tidak disesuaikan dengan konteks, rawan disalahpahami. Terlalu berlebihan menanggapi situasi krusial dengan parodi juga berpotensi memberi kesan meremehkan persoalan," ujar Verdy.