Sebuah studi yang diterbitkan di Neurology menunjukkan bahwa individu dengan pekerjaan dengan tingkat stres tinggi menghadapi risiko stroke 22% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki pekerjaan dengan tingkat stres rendah.Bagi perempuan, risiko ini meningkat menjadi 33%. Penelitian ini berfokus pada stroke iskemik, jenis stroke paling umum yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah. Khususnya, individu yang melakukan pekerjaan pasif dan aktif tidak menunjukkan peningkatan risiko stroke. Penelitian tersebut memperkirakan bahwa 4,4% dari keseluruhan risiko stroke disebabkan oleh pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi, dan meningkat menjadi 6,5% pada perempuan.
Karenanya, menyadari dampak stres terhadap perilaku tak sehat, maka strategi untuk menghilangkan stres di bawah ini sangatlah penting, seperti:
- Menggabungkan pernapasan dalam, meditasi, atau yoga untuk meningkatkan suplai oksigen ke otak dan kesejahteraan fisik.
- Memanfaatkan aplikasi atau musik yang menenangkan untuk meningkatkan mood.
- Memperkenalkan jeda gerakan selama hari kerja atau menetapkan rutinitas olahraga yang dapat dicapai.
- Memoderasi konsumsi alkohol.
- Mengutamakan makanan sehat, baik yang disiapkan di rumah maupun dibawa ke kantor.
- Mempercantik lingkungan kerja dengan tanaman dan warna-warna yang menenangkan untuk menciptakan ruang kerja yang menyenangkan.
- Berfokus pada satu tugas pada satu waktu, menghindari multitasking untuk mengelola tingkat stres.
- Mempertahankan kewaspadaan terhadap tekanan darah dan mencari nasihat medis jika stres menjadi berlebihan dalam situasi kerja yang sangat penuh tekanan.
Dr. Aashka Ponda mengatakan, dengan menekankan pentingnya istirahat berkala, menghindari perilaku tidak sehat, mengembangkan kebiasaan makan sehat, dan melakukan aktivitas fisik sehari-hari, para ahli menggarisbawahi perlunya pendekatan holistik dalam manajemen stres, khususnya dalam skenario pekerjaan dengan stres tinggi.
Semoga informasinya bermanfaat, ya!