Indonesia, sebagai negara dengan populasi besar dan kebutuhan transportasi yang tinggi, telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan terhadap adopsi kendaraan listrik (EV) dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, isu baterai dan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik menjadi hambatan terbesar pertumbuhan industri kendaraan listrik di tanah air.

Hal ini dapat dilihat dari riset Populix terbaru bertajuk "Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights" yang menunjukan bahwa kekhawatiran dengan sisa baterai selama perjalanan (65%), kapasitas jarak tempuh terbatas (61%), dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meskipun kerusakannya nonlistrik (49%). Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau fasilitas charging (43%) dan lokasi stasiun pengisian daya yang masih sedikit dan cenderung jauh (42%) juga menjadi tantangan yang dihadapi konsumen dalam menggunakan kendaraan listrik.

Baca Juga: Rencana PLN 'Sulap' 2.000 Tiang Listrik Jadi SPKLU, Gimana Nih Tanggapanmu?

"Seiring dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia, kolaborasi antara regulator dan produsen EV menjadi makin krusial untuk mengatasi tantangan yang mendasar seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, hingga ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang menghambat integrasi kendaraan listrik bagi mobilitas konsumen sehari-hari. Dengan memahami tantangan dan preferensi konsumen, sinergi ini menjadi kunci untuk mendorong adopsi EV secara lebih luas, serta meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia," ujar Dr. Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix, dikutip Sabtu (8/6/2024).

Dinamika Penggunaan Kendaraan Listrik

Pengisian daya kendaraan listrik paling nyaman dilakukan di rumah (59%), sedangkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) hanya digunakan oleh 15% responden. Lokasi penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah lokasi brand resmi (78%) diikuti oleh stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) (42%).

Frekuensi penggunaan SPKLU atau SPBKLU bervariasi dengan 55% melakukan pengisian daya di tempat tersebut setidaknya satu kali seminggu dan bahkan sebagian kecil menggunakannya setiap hari.

  • Sepeda Listrik: Dalam kategori sepeda listrik, tujuan utama penggunaan termasuk belanja kebutuhan sehari-hari (79%), antar-jemput teman atau keluarga (62%), mengunjungi teman atau keluarga (58%), mengirim barang (23%), dan bekerja (13%). Konsumen memiliki ekspektasi harga sepeda listrik rata-rata sebesar Rp4.700.000 dengan jarak tempuh 12,32 km untuk memenuhi kebutuhan mobilitas mereka. Sepeda listrik yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Uwinfly (32%), Exotic (22%), dan Polygon (12%);
  • Motor Listrik: Responden menggunakan motor listrik dengan tujuan utama untuk belanja kebutuhan sehari-hari (72%), mengunjungi teman atau keluarga (57%), antar-jemput teman atau keluarga (57%), bekerja (47%), dan perjalanan dalam kota (46%). Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh motor listrik yang ideal adalah 74,93 km. Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap harga motor listrik rata-rata sebesar Rp18.000.000 dengan tiga merek motor listrik yang paling banyak digunakan adalah Volta (15%), Honda (15%), dan Polytron (13%);
  • Mobil Listrik: Sementara untuk mobil listrik, tujuan utama penggunaan meliputi mengunjungi teman atau keluarga (71%), perjalanan dalam kota (69%), bekerja (67%), antar-jemput teman atau keluarga (63%), dan belanja kebutuhan sehari-hari (60%). Rata-rata konsumen menilai harga mobil listrik yang ideal adalah sebesar Rp250.000.000 dan memiliki jarak tempuh 261,18 km. Adapun mobil listrik yang saat ini paling banyak digunakan adalah Wuling (57%), Hyundai (24%), dan Toyota (9%).