Nama Punjabi tampaknya sudah tak asing lagi didengar dalam industri pertelevisian dan perfilman Tanah Air. Keluarga Punjabi dikenal masyarakat luas bukan sebagai pemain peran, melainkan sosok-sosok hebat di balik layar yang telah melahirkan ribuan karya monumental dan berhasil menguasai pasar.

Raam Punjabi adalah sosok di balik kesuksesan PT Tripar Multivision Plus (MVP), sebuah perusahaan production house (PH) yang juga membawanya sebagai pengusaha sukses yang kerap dijuluki sebagai ‘Raja Sinetron dan Film’ di Tanah Air.

Lebih dari setengah abad berkecimpung di industri sinetron dan perfilman Tanah Air, Raam Punjabi telah merasakan manis-pahitnya bisnis ini. Salah satunya adalah tantangan ketika banyak film yang diproduksinya tidak laku terjual.

Bagaimana kisah perjalanan Raam Punjabi menggapai kesuksesannya sebagai Raja Sinetron dan Film Tanah Air? Berikut Olenka rangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/12/2024), sejumlah informasi terkait.

Baca Juga: Film Drama Romansa Cinta Tak Seindah Drama Korea Siap Naik Layar 5 Desember 2024

Awal Mula Perjalanan Karier di Industri Film

Sebelum terjun ke industri film, pria keturunan India yang lahir di Surabaya itu sempat berkarier sebagai impor tekstil pada 1964. Raam Punjabi pun memulai usahanya sebagai importir film di bawah perusahaan PT Indako Film bersama sang kakak, Dhamoo Punjabi, pada 1967. 

Namun, ia tetap menjalankan usahanya sebagai importir tekstil hingga 1969. Tiga tahun setelah menjadi importir film, sekira 1971, Raam pun mulai merintis rumah produksi pertamanya yang diberi nama PT Panorama Film. 

Kecintaan Raam Punjabi dengan dunia film tampaknya lahir karena hobinya semasa kecil, yakni menonton film dan pergi ke bioskop. Hal itu pula tampaknya yang mendorong Raam memiliki rumah produksi atau production house dan berkarier di industri film Tanah Air. 

Film Tak Laku Dipasaran

Setahun merintis rumah produksi pertamanya, Raam memulai kerja samanya dengan PT Aries International Film pada 1972. Mereka memproduksi film Indonesia berjudul “Mama”. Sayangnya, film yang disutradarai oleh Wim Umboh itu tak laku di pasaran.

Namun, hal tersebut tak menyurutkan semangat Raam untuk terus berkarya menghasilkan film terbaik yang dinilai layak menjadi tontonan masyarakat. Raam pun kembali memproduksi film kedua “Demi Cinta” yang diperankan oleh pasangan artis legendaris, Sophan Sophian dan Widyawati. Namun, lagi dan lagi, film tersebut tak mendapatkan minat pasar.

Ditampar kenyataan dua film yang diproduksinya tak laku di pasar, hal itu tak membuat Raam berkecil hati dan terus berusaha merintis rumah produksinya. Hingga akhirnya, keberuntungan pun berpihak kepada Raam di film ketiga yang diproduksinya.

Film “Pengalaman Pertama” yang dibintangi oleh Roy Marten, Yati Octavia, dan Robby Sugara pada 1977 itu menarik perhatian masyarakat. Selain film ketiganya yang mendapat respon positif, nama Raam Punjabi juga mulai menjadi sorotan publik.

Baca Juga: Fadli Zon: Semoga Film Dapat Jadi Cerminan Budaya dan Jati Diri Bangsa

Kesuksesan film ketiganya itu pula yang membuat Raam semakin percaya diri dan mendirikan sejumlah rumah produksi lainnya. Seperti PT Parkit Film (1977) dan PT Tripar Multivision Plus Pontianak (1978).

Raam berhasil memanen kekayaan di tengah lesunya industri perfilman Tanah Air, kala itu. Apalagi, setelah film Warung Kopi (Warkop) yang dibintangi oleh Dono, Kasino, Indro yang berhasil meledak di pasaran — bahkan hingga saat ini film tersebut menyimpan memori indah tersendiri bagi para penggemar.

Banting Setir ke Dunia Sinetron

Memasuki tahun 1980-an, industri film Indonesia sedang kehilangan minat pasar yang membuat keadaannya tak stabil. Kondisi semakin parah di akhir 1989-an, di mana ditandai dengan adanya monopoli dan bioskop mulai dikuasai oleh importir dari berbagai negara.

Kondisi ini justru tak membuat Raam goyah. Bersama rumah produksinya, Raam banting setir ke dunia sinetron. Stasiun televisi ibarat angin segar bagi para produser film dan tenaga kreatif lainnya kala itu. 

Beriringan dengan pindah haluan ke dunia sinetron, Raam Punjabi pun mendirikan PT Tripar Multivision Plus pada 1988. Dan sinetron pertama yang diproduksinya saat itu adalah sinetron yang diperankan oleh Lydia Kandao dan Jimmy Gideon, yang tak lain adalah sinetron “Gara-Gara”.

Raam tak salah ambil langkah. Sinetron pertamanya itu sukses besar dan menjadi salah satu sinetron yang ditayangkan di RCTI yang menjadi favoritnya masyarakat. Sejak saat itu pula, Raam semakin gencar memproduksi banyak judul sinetron, bahkan bisa dinikmati hingga saat ini. 

Seperti Semua Indah Karena Cinta, Indra Ketujuh, Karma The Series, dan masih banyak lagi. Hingga kini, rumah produksi Raam terus menghasilkan banyak sinetron dan film yang menghiasi layar kaca televisi dan perfilman Indonesia.

Baca Juga: Perkembangan Industri Film Indonesia Antara Pertumbuhan dan Krisis Keseragaman

Dalam sejumlah sumber disebutkan, setelah lebih dari setengah abad berkarier, Raam Punjabi berhasil menghasilkan sekitar 20 ribu jam dan 202 judul film.

Kesuksesan Raam dengan rumah produksinya itu tak terlepas dari kepiawaiannya dalam membaca selera pasar. Bahkan, disebut-sebut tak ada yang bisa menyaingi Raam Punjabi dalam industri hiburan, terutama di dunia film dan sinetron di Tanah Air.