“Karena kadang kalau orang mengalami depresi itu kan kayaknya sangat gelap ya, nggak tau mau ngapain-ngapain. Maka langkah kecil seperti kita ajak dia jalan kaki, ajak dia buat sholat, ajak dia buat nonton itu bisa membantu,” tutur Jessica.
Dan yang paling terpenting kata Jessica, adalah membantu mereka untuk menyadari bahwa mereka tidak sendirian. Ada kamu sebagai caregiver yang siap menemani dan membantu mereka melewati hari-hari kelamnya melawan masalah mental yang dialami.
Di samping itu, mungkin Growthmates ada yang pernah mengalami momen saat menghadapi keluarga dengan masalah mental, tetapi enggan diantar ke psikolog. Lantas, bolehkah mengajak mereka dengan kondisi tersebut untuk menerima bantuan profesional dengan cara ‘dibohongi’?
Baca Juga: Benarkah Gen Z Lebih Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental? Ini Kata Psikolog
Kata Jessica, seseorang dengan masalah mental serius dapat menggunakan strategi tersebut–dengan cara dibohongi– agar mau menemui psikolog. Namun, penting untuk melakukan pendekatan yang penuh kehati-hatian ketika berhadapan dengan kondisi masalah kesehatan mental yang sangat kritis.
“Tetapi kalau misalnya saudara kita, atau orang yang kita dampingi itu memang masih bisa berpikir rasional, bisa berpikir logis, sebaiknya dibicarakan baik-baik,” jelas Jessica.
“Jadi diajak baik-baik. Kecuali kalau misalnya memang dalam kasus skizofrenia, yang sudah ada halusinasi-delusi, ya memang terkadang celah itu yang dipakai,” imbuhnya.
Menjadi seorang caregiver bagi keluarga yang mengidap masalah kesehatan mental memang tidak mudah. Namun, penting pula bagi kamu sebagai caregiver menjaga kesehatan mentalmu sendiri jangan sampai ikut depresi. Dalam kondisi inilah kamu butuh support system, di mana kehadirannya penting demi mentalmu yang lebih baik.
Sekadar informasi, depresi yang dialami seorang caregiver biasanya disebabkan oleh berbagai tantangan yang dihadapi dalam merawat orang yang sakit, seperti kekhawatiran atas keselamatan orang yang dicintainya, perubahan kepribadian, dan masalah kesehatan.