Pramono melanjutkan, Jakarta kini diposisikan sebagai hub kepentingan bagi Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Potensi pasar ini sangat besar, dengan akses langsung ke 10 juta penumpang di dalam kota dan 680 juta penumpang di seluruh kawasan Asia.

“Pasar ini bahkan lebih besar dari pasar Eropa. Jakarta aktif membangun kemitraan dengan kota-kota besar dunia untuk menjaga kebijakan kota tetap adaptif dan progresif,” jelas Pramono.

Melalui partisipasi di forum-forum internasional seperti AS dan ASEAN, kata dia, Jakarta juga terus mengadopsi praktik global terbaik sambil mempertahankan identitas lokal.

Meskipun menghadapi ketidakpastian global, lanjut Pramono, Jakarta menunjukkan ketahanan ekonomi. Adapun, pertumbuhan ekonomi kota tercatat 5,18%, dengan lebih dari 10.000 perusahaan multinasional beroperasi di wilayah ini. Investasi total juga naik sekitar 70%, mencapai 8,8 juta dolar AS.

“Ini adalah refleksi jelas dari kepercayaan investor terhadap pasar yang aman dan dinamis di Jakarta,” ujar Pramono.

Untuk memperkuat iklim investasi, kata dia, pemerintah meluncurkan Gateway Investasi Integrasi yang menyediakan 49 titik layanan di seluruh Jakarta.

Layanan ini mencakup konsultasi, pengajuan, dan sistem peringkat yang transparan, serta insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi sektor hospitalitas, kuliner, pendidikan, dan kesehatan.

Pramono melanjutkan, Jakarta juga kini bergerak menuju posisi strategis sebagai pusat investasi dunia. Menurutnya, oemerintah daerah tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat fondasi regulasi, insentif, dan kolaborasi lintas sektor.

“Investasi Jakarta di tahun 2025 menjadi platform untuk meningkatkan kolaborasi dan membangun ekosistem bisnis yang memudahkan Jakarta menjadi destinasi investasi global yang kompetitif,” pungkas Pramono.

Baca Juga: Rosan Roeslani: Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Jadi Fondasi Jakarta Sebagai Magnet Investasi