Pengelolaan air yang tepat di lahan gambut menjadi kunci utama bagi petani sawit swadaya dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutan lingkungan. Tanaman sawit yang tumbuh di lahan gambut sangat bergantung pada keseimbangan air, di mana kelebihan maupun kekurangan air dapat berdampak negatif terhadap penyerapan unsur hara dan hasil produksi tandan buah segar (TBS).
Menurut standar Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), ketinggian muka air lebih dari 40 cm dari permukaan gambut dapat menyebabkan banjir, yang mengakibatkan penurunan hasil panen dan peningkatan biaya operasional. Sebaliknya, muka air yang terlalu rendah dapat menyebabkan kekeringan gambut permanen, mengurangi kesuburan tanah, dan meningkatkan risiko kebakaran lahan.
Kelompok petani swadaya Koperasi Beringin Jaya di Desa Koto Ringin, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, menjadi salah satu contoh sukses dalam mengelola lahan gambut seluas 482 hektare sejak 2017. Mereka rutin melakukan pemantauan kondisi gambut setiap dua minggu dengan menugaskan empat orang untuk mengukur kedalaman air. Jika air berlebihan, mereka membuka pintu air sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Baca Juga: Dorong Kesejahteraan Petani, PTPN IV PalmCo Berikan Bantuan Alat ke Petani Sawit di Muaro Jambi
“Kami mengisi berita acara saat membuka pintu air. Gambut harus dipantau bukan hanya saat tingginya muka air, tetapi juga selama musim kemarau,” ujar Amril, ICS Koperasi Beringin Jaya.
Sejak memperoleh sertifikasi RSPO, para petani semakin disiplin dalam memantau kondisi lahan mereka dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Siak dan WRI Indonesia. Praktik serupa juga diterapkan oleh Aliansi Petani Kelapa Sawit Keling Kumang di Desa Ngelai Tujuh, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, yang mengelola 3,24 hektare lahan gambut.
Baca Juga: Menguak Fakta Kelapa Sawit Tidak Boros Air, Seperti Apa?
Petani yang tergabung dalam Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (FORTASBI) didorong untuk terus memenuhi standar sertifikasi yang telah ditetapkan. Dengan disiplin dalam pengelolaan air, petani sawit swadaya tidak hanya menjaga produktivitas, tetapi juga berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.