Di kesempatan yang sama, Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Perekonomian, Edy Priyono, menilai, selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia justru terjaga positif.
Namun, Edy mengakui, masih banyak kritikan terkait belum tercapainya target pertumbuhan ekonomi 7 persen per tahun yang pernah dicanangkan Jokowi.
Edy bilang, Presiden Jokowi memang cenderung menetapkan target ambisius untuk mendorong kinerja yang lebih maksimal.
"Pak Jokowi memang begitu. Beliau itu kan orang yang selalu set arget tinggi. Karena beliau mungkin merasa kira terlalu santai. Jadi kalau targetnya 5 persen mungkin yang 3. Sehingga beliau pasang saja target 7 persen," tutur Edi.
Meski target awal Jokowi tampak tinggi, Edy bilang, dalam konteks global, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong baik.
Menurutnya, Indonesia berhasil naik ke kategori negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income country) berkat peningkatan PDB yang signifikan.
"Poin saya adalah kalau dibandingkan target awal Pak Jokowi 7 persen per tahun ini mungkin kelihatan rendah, tapi kalau dibandingkan dengan negara-negara lain dalam situasi yang sama sulitnya dan sebagainya, pertumbuhan kita oke-oke saja," jelas Edi.
Di satu sisi, Edy pun menyinggung soal Presiden RI terpilih, yakni Prabowo Subianto, yang memasang target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yakni 8 persen.
“Pak Prabowo malah targetnya lebih tinggi lagi, 8 persen. Nah mungkin beliau juga berpikir gitu, saya enggak tahu,” kata Edy.
Baca Juga: Dana Bansos Terus Naik, INDEF: Kok Angka Kemiskinannya Tidak Turun Signifikan?