Perjalanan Andy Flores Noya menjadi jurnalis senior sangatlah panjang. Pria yang berpenampilan nyentrik dengan kepala plontos serta kumis tebalnya selalu membekas di ingatan masyarakat luas, khususnya di Indonesia.
Andy yang lahir di Surabaya pada 6 November 1960 adalah salah satu ikon Metro TV hingga saat ini. Di media televisi arus utama milik politisi senior Surya Paloh itu, Andy membawakan acara talkshow bertajuk Kick Andy. Acara inspiratif tersebut sukses melambungkan namanya hingga ke pelosok Nusantara.
Sejak belia, Andy sudah jatuh cinta dengan dunia tulis-menulis. Kecintaan itu yang membuat pria berdarah Ambon, Jawa, dan Belanda ini memantapkan hati masuk ke Sekolah Tinggi Publisitik (STP) Jakarta yang kini bernama Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) di Lenteng Agung, Jakarta. Dari kampus ini ia mulai mengasah kemampuan jurnalistiknya.
Petualangan Andy menapaki dunia jurnalisme dimulai pada tahun 1985. Ketika itu dirinya direkrut untuk membantu majalah Tempo dalam penerbitan buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Sukses dengan proyek perdananya, Andy mulai melanglang buana, bahkan di tahun yang sama dia pindah ke harian ekonomi Bisnis Indonesia setelah diajak oleh Lukman Setiawan. Bisa dibilang Andy menjadi salah satu perintis media tersebut.
Di tempat kerja baru ini Andy menjadi reporter selama dua tahun. Dia kemudian kembali ke majalah Tempo atas ajakan jurnalis Fikri Jufri. Di majalah Tempo, Andy menjadi salah satu punggawa andalan di majalah Matra yang ketika itu baru diorbitkan Tempo Group.