Jusuf Kalla membagikan pengalaman terkait fasilitas pejabat yang didapatkannya. Dalam kiprahnya di dunia politik, Jusuf Kalla atau yang akrab dikenal dengan nama JK ini, pernah memangku sejumlah jabatan penting.
Sebelum mengembang tugas sebagai Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada pemerintahan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua umum Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung periode Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009.
Dengan sederet pengalamannya di bangku pemerintahan, tak ayal bila JK mendapatkan fasilitas dari negara sebagai seorang pejabat. Salah satunya adalah satuan pengawalan (patwal) yang kerap membuka jalan ketika hendak berpergian, sehingga ia tak merasakan terjebak macet di jalan.
“Saya ini 20 tahun tidak akan macet, ya 10 tahun lalu tidak akan macet, jadi 5 tahun terakhir tidak macet. Dan kemudian dengan peraturan baru, sampai pensiunan presiden wapres tetap dikawal. Jadi kita ini seumur hidup tidak akan macet,” ujar Jusuf Kalla seperti Olenka kutip, Rabu (22/1/2025).
Baca Juga: Jatuh Bangun Jusuf Kalla Bangun Kerajaan Bisnis: Rintis 35 Perusahaan, yang Berhasil 25 Persen
Bukan hanya terbebas dari macet di jalan, JK juga terbebas dari antre di acara-acara tertentu seperti acara pernikahan. Kemudahan tersebut berkat pengawalan khusus yang didapatkannya meski sudah pensiun.
Namun, di balik fasilitas yang didapatkannya, ada keterbatasan yang dirasakan, terutama terkait kebebasan pribadi. Setiap aktivitas harus mengikuti protokol, dan perhatian dari masyarakat, seperti permintaan selfie, membuat waktu dan privasi terasa terbatasi.
“Kalau dari segi kebebasan lebih bebas kita lebih enak menikmati kebebasan sebagai pengusaha. Seperti sekarang, kadang-kadang kalau mau berlibur dimana ya kita pergi, kalau kita ke kota-kota di Indonesia, minta selfie terus siapapun yang datang, risiko hilang dan waktu,” tutur Jusuf Kalla.
Baca Juga: Pohon Keluarga Kalla di Bisnis Kalla Group
Hal tersebut menjadikannya sulit menikmati hidup dengan spontanitas yang biasanya dimiliki oleh seorang pengusaha.
“Dan juga selalu dikawal kiri-kanan kalau pakai pejam ini. Nggak ada lagi sebuah kemerdekaan pribadi. Jadi kiri ke kanan tergantung protokol itu juga tidak enak itu sebenarnya,” imbuhnya.