Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan pentingnya konsep ekonomi syariah bagi pertumbuhan perekonomian secara global. Ia pun lantas mengatakan bahwa sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan ekonomi syariah.

Dalam suatu kesempatan, Sri Mulyani pun memaparkan soal pandangannya mengenai ekonomi syariah.

Ekonomi syariah, basically, prinsip ekonominya sama dalam artian market mechanism economics-nya adalah how to make decision based on resource yang terbatas. Tujuannya sendiri untuk memaksimalkan kepuasan, atau keuntungan, untuk produsen. Namun dengan syariah, filternya adalah value judgement,” tutur Sri Mulyani, dalam sebuah video yang dikutip Olenka, Minggu (27/10/2024).

Bendahara Negara itu pun lantas memberi pesan kepada generasi muda yang tertarik untuk menekuni ilmu ekonomi syariah ini.

“Kalau temen-temen yang mau menekuni ilmu ekonomi Syariah, banyak sekali yang lebih menekuni lebih kepada legalistiknya. How to, umpamanya saya menstruktur surat utang tapi surat utang yang syar’i, itu dia didesain sehingga da underlying asset-nya. Tapi basic mechanism dari surat utangnya enggak berbeda,” beber Sri Mulyani.

Ia lantas mencontohkan, ketika ia umpamanya meng-issue surat berharga yang ada underlying asset-nya, sehingga dia dianggap syar’i dan mengikuti keturunan ke peraturan syariah.

“Saya meng-issue surat berharga yang ada underlying asset-nya, sehingga dia dianggap syar’i, dia mengikuti keturunan ke peraturan syariah, dia dijual di market, dia dibeli entah oleh investor dalam negeri atau luar negeri,” ujar Sri Mulyani.

“Lalu, mereka yang membeli selain dia punya preferensi ingin punya instrumen yang syar’i, dia juga tetap ingin memaksimumkan investment-nya dia. Jadi kalau dia rate of return-nya tinggi, dia akan beli. Kalau terlalu rendah, aku cari ke instrument yang lain. Kan kayak gitu ya,” sambung Sri Mulyani.

Baca Juga: Kata Sri Mulyani soal Ukuran Sebuah Negara Dikatakan Makmur secara Ekonomi

Lebih jauh, Sri Mulyani pun mengingatkan, untuk generasi muda yang nantinya ingin terus belajar mengenai ekonomi syariah, agar jangan melepaskan kompetensinya mengenai sisi ekonominya sendiri.

Sebab, kata Sri Mulyani, selama dirinya banyak melihat yang lebih menekuni ekonomi syariah itu berfokus pada legalistiknya saja.

“Jangan lepaskan kompetensi Anda mengenai economics-nya. Karena saya sering lihat banyak yang lebih menekuni pada legalistiknya sehingga akhirnya kalian tidak bisa men-translate dari behavior manusia,” ungkap Sri Mulyani.

Behavior manusia itu relative sama meskipun ada screen value, ada yang disebut pantas gak pantas, halal-haram, tapi di luar yang halal-haram kalau sudah halal sama saja, saya akan cari barang yang paling baik kualitasnya, paling murah dan paling affordable,” lanjutnya.

Sri Mulyani pun menuturkan, di luar aspek halal dan haram, kita juga akan tetap membutuhkan good governance serta prinsip efisiensi.

“Jadi jangan bilang ‘oh ini halal lho’ tapi barangnya kualitasnya gak karuan, harganya tinggi banget, pokoknya kamu harus beli ini, karena ini halal, yang lain itu haram. Itu pasti gak akan jalan. Jadi tetap prinsip-prinsip ekonomi mengenai efisiensi, tata kelola, itu kalian harus juga pelajari, competition, transparansi, itu menjadi sangat penting,” tandas Sri Mulyani.

Lebih lanjut, Sri Mulyani pun berharap pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air tidak terjebak pada hal yang sifatnya branding semata, namun juga menitikberatkan kepada berbagai hal substantif.

Dengan demikian, pengembangan ekonomi syariah bisa menghadirkan sebuah sistem ekosistem perekonomian syariah yang bermakna kepada kemakmuran, keadilan, efisiensi, dan sesuai dengan kebutuhan zaman, sehingga bukan sebuah ekonomi yang tidak efisien dan memiliki berbagai persoalan dari sisi tata kelola keuangan syariah.

Baca Juga: Ketika Sri Mulyani Bicara Dasar Ilmu Ekonomi: Antara Keinginan dan Sumber Daya