Groethmates, kecerdasan buatan (AI) sedang mengubah cara dunia bekerja dengan kecepatan luar biasa. Perusahaan kini tidak lagi mencari kandidat yang hanya pandai menghafal fakta atau memiliki kemampuan teknis terbatas.
Di berbagai kampus, bank, hingga manajer aset, perekrut kini lebih menghargai individu yang mampu belajar cepat, beradaptasi, berkolaborasi, dan membuat keputusan bijak dengan AI sebagai alat bantu, bukan ancaman.
Bagi orang tua, ini adalah sinyal penting, yakni mempersiapkan anak remaja menghadapi masa depan bukan lagi soal nilai rapor atau sertifikat semata, tapi tentang melatih keterampilan manusiawi yang tak bisa digantikan mesin.
Laporan dari Forum Ekonomi Dunia (WEF), Pew Research, dan McKinsey menunjukkan bahwa kredensial akademis saja tidak lagi menjamin kesuksesan karier di era AI.
Sebaliknya, kebiasaan belajar, keterampilan emosional, dan penilaian terapan menjadi faktor pembeda utama.
Dan, berikut 3 keterampilan penting yang sebaiknya diajarkan orang tua kepada anak remaja mereka sejak sekarang, sebelum AI sepenuhnya mengubah dunia kerja.
1. Kefasihan Digital dan Literasi AI
Alih-alih melarang anak menggunakan ChatGPT, Copilot, atau alat berbasis AI lainnya, orang tua sebaiknya mengajarkan cara menggunakannya dengan bijak dan bertanggung jawab.
Misalnya, dorong anak untuk melakukan fact-checking, membuat visualisasi data sederhana, atau menggunakan AI untuk mengembangkan ide kreatif.
Laporan Future of Jobs 2024 dari World Economic Forum memperkirakan 39% keterampilan inti pekerja akan berubah pada 2030, dengan AI dan big data menjadi pusat transformasi itu.
Artinya, kenyamanan dan kefasihan menggunakan teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari 'daya kerja' seseorang.
Baca Juga: Andy F Noya Bicara soal Anak-anak Main Gadget: Orang Tua Harus Jadi Pengawas Bijak
2. Komunikasi dan Storytelling dengan Data
Di era informasi, kemampuan menjelaskan data secara persuasif menjadi keunggulan kompetitif. Anak yang bisa menyampaikan ide dengan jelas dan mendukungnya dengan data akan selalu dicari perusahaan.
Coba latih anak remaja untuk mempresentasikan anggaran keluarga, membuat infografik sederhana, atau menjelaskan hasil riset kecil kepada saudara.
Latihan seperti ini melatih komunikasi, berpikir kritis, dan kepercayaan diri.
Menurut Pew Research Center, sekitar 85% pekerja menilai keterampilan komunikasi, baik lisan maupun tulisan, sebagai kemampuan paling penting di dunia kerja modern.
Sementara riset McKinsey & Company menunjukkan bahwa komunikasi dan fleksibilitas mental menjadi inti kemampuan kerja masa depan.
3. Berpikir Kritis dan Literasi Informasi
Remaja saat ini hidup di dunia di mana informasi mudah diakses dan mudah pula disalahartikan.
Karenanya, mengajarkan literasi informasi berarti melatih mereka untuk berpikir kritis terhadap setiap klaim, terutama yang dihasilkan AI.
Orang tua bisa mulai dari hal sederhana, seperti verifikasi berita viral bersama, bandingkan dua sumber berbeda, atau uji keluaran AI untuk melihat potensi bias dan kesalahan.
Forum Ekonomi Dunia menempatkan berpikir analitis dan kreatif sebagai keterampilan paling dibutuhkan pada 2027.
Ini menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan masalah kompleks, yang melibatkan empati dan pertimbangan etis, akan selalu dibutuhkan manusia, bahkan di dunia otomatisasi.
Eela Dubey, Pendiri dan CEO EduFund, menegaskan, perekrut kini mendefinisikan ulang arti ‘layak kerja’.
Mereka mencari lulusan yang tak hanya paham teknologi, tapi juga mampu berpikir lintas disiplin, beradaptasi, dan menggunakan AI secara bertanggung jawab.
Menurutnya, pada tahun 2026, kelincahan dan kecerdasan manusia akan lebih penting daripada gelar itu sendiri.
Keluarga pun sebaiknya mulai mendorong program pendidikan yang menggabungkan analitik dengan kreativitas dan pengalaman global.
Baca Juga: 8 Hal yang Orang Tua Perlu Tahu tentang Impian Karier Generasi Alpha