Nama Prajogo Pangestu kini identik dengan kekayaan dan transformasi bisnis besar-besaran di Indonesia. Menurut Forbes Real Time Billionaires per Mei 2024, kekayaannya menembus US$71,1 miliar atau sekitar Rp1.134 triliun, menempatkannya sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia dan peringkat ke-23 dunia. Semua keberhasilannya itu tak didapat secara instan, melainkan melewati perjalanan berliku dan jatuh bangun.

Ada kisah perjuangan panjang seorang pria sederhana dari Kalimantan Barat yang membangun impiannya dari nol. Prajogo bukan pewaris kekayaan, bukan juga lulusan universitas ternama. Ia adalah pekerja keras yang mengandalkan intuisi bisnis, keberanian mengambil risiko, dan kemampuan membaca arah perubahan zaman.

Ingin tahu bagaimana perjalanan Prajogo Pangestu mendirikan Barito Pacific? Bisnis yang membawanya mencapai puncak kesuksesan. Simak uraiannya berikut ini:

Berawal dari Pedagang Kecil

Lahir di Sambas, Kalimantan Barat, Prajogo dibesarkan di keluarga pedagang karet yang hidup sederhana. Ia hanya sempat mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah pertama, lalu mulai bekerja untuk membantu keluarga. Pada 1960-an, kehidupannya dijalani seadanya. Ia berprofesi menjadi sopir angkot jurusan Singkawang–Pontianak sambil menjual ikan asin dan bumbu dapur untuk menambah penghasilan.

Baca Juga: Deretan Bisnis Orang Terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu

Namun, keberuntungan kerap berpihak pada mereka yang gigih. Suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan Burhan Uray, pengusaha kayu asal Malaysia yang dikenal sebagai salah satu taipan terbesar di Asia Tenggara. Melihat semangat dan ketekunan Prajogo, Burhan mengajaknya bergabung ke PT Djajanti Group, perusahaan kayu raksasa yang ia miliki. Di sinilah perjalanan karier Prajogo di dunia industri dimulai.

Selama tujuh tahun bekerja, ia belajar seluk-beluk bisnis kayu, mulai dari proses produksi, manajemen, hingga strategi ekspor. Kerja kerasnya membuat Burhan Uray mempercayakan posisi penting kepadanya, yakni General Manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur. Jabatan itu menjadi tonggak awal pengakuan atas kapasitas dan kepemimpinan Prajogo.

Membeli Perusahaan yang Nyaris Bangkrut

Meski posisinya mapan, semangat wirausaha dalam dirinya tak pernah padam. Pada 1977, hanya setahun setelah menjadi General Manager, Prajogo memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Ia mengambil langkah besar yang berisiko tinggi dengan mengakuisisi CV Pacific Lumber Coy, sebuah perusahaan kayu yang tengah terpuruk secara finansial.

Dengan modal keberanian dan pinjaman bank, ia membeli perusahaan itu, lalu bekerja siang malam untuk mengembalikannya ke jalur profit. Hebatnya, dalam waktu hanya satu tahun, pinjaman tersebut berhasil ia lunasi. Keberhasilan ini menjadi bukti pertama dari insting bisnis tajam dan kedisiplinan tinggi yang kelak menjadi ciri khasnya.

Baca Juga: Kekayaan Prajogo Pangestu Melonjak Rp73 Triliun dalam Sehari, Ini Pemicunya

Perusahaan tersebut kemudian berganti nama menjadi PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan pada 1979. Inilah cikal bakal Barito Pacific, yang awalnya fokus pada bisnis kehutanan dan perkayuan. Di tangan Prajogo, perusahaan itu tumbuh cepat, menjadi salah satu pemain besar di industri kayu nasional pada era 1980-an.

Dari Pabrik Kayu ke Bursa Efek

Kesuksesan bisnis perkayuan membawa Prajogo pada langkah berikutnya, yakni memasuki masa ekspansi dan profesionalisasi. Pada 1993, perusahaannya resmi melantai di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan nama PT Barito Pacific Timber Tbk. Ini adalah tonggak penting yang menandai transformasi dari bisnis keluarga menjadi perusahaan publik.

Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Krisis finansial Asia 1997–1999 mengguncang sektor kehutanan dan menekan industri kayu hingga ke titik nadir. Produksi berhenti, ekspor turun, dan banyak perusahaan gulung tikar. Prajogo harus membuat keputusan besar antara apakah tetap bertahan di industri lama atau beradaptasi dengan arah baru perekonomian dunia. Ia memilih yang kedua.

Baca Juga: Menilik Kisah Sukses Prajogo Pangestu, Orang Terkaya Nomor Satu di Indonesia

Dari titik inilah, strategi diversifikasi bisnis Barito Pacific mulai terbentuk. Ia menyadari, masa depan bukan lagi di kayu, melainkan di sektor energi dan industri dasar yang menopang pembangunan nasional.

Era Baru

Tahun 2007 menjadi babak penting dalam sejarah Barito Pacific. Prajogo melakukan langkah besar dengan mengakuisisi 70% saham PT Chandra Asri Petrochemical Center, produsen olefin terbesar di Indonesia. Bersamaan dengan itu, nama perusahaan diubah menjadi PT Barito Pacific Tbk, menandai pergeseran fokus dari kehutanan ke petrokimia dan energi.

Langkah tersebut bukan tanpa alasan. Industri petrokimia menjadi tulang punggung berbagai sektor, mulai dari plastik, tekstil, otomotif, hingga farmasi. Prajogo melihat peluang jangka panjang yang strategis. Setahun kemudian, ia memperkuat posisi bisnis dengan mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen polipropilen, yang kemudian digabungkan dengan Chandra Asri pada 2011.

Baca Juga: Kerajaan Bisnis Barito Group

Gabungan dua entitas itu melahirkan Chandra Asri Petrochemical, produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia yang menjadi simbol keberhasilan transformasi Barito Pacific menjadi konglomerasi nasional yang berpengaruh.

Melebarkan Sayap

Kesuksesan di sektor petrokimia tidak membuat Prajogo berhenti berinovasi. Ia terus memperluas portofolio bisnisnya ke sektor energi terbarukan. Pada 2018, Barito Pacific mengakuisisi Star Energy Geothermal, salah satu produsen listrik tenaga panas bumi terbesar di Indonesia. Kemudian, pada 2022, kepemilikan perusahaan ini dialihkan ke PT Barito Renewables Energy (BREN) sebagai entitas yang kini menjadi andalan Prajogo dalam mendukung transisi energi bersih nasional.

Di sisi lain, ia juga membangun bisnis di bidang pertambangan melalui PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang berdiri pada 2008 dan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2023. Melalui anak usahanya, CUAN mengelola tambang batu bara di Kalimantan dan tambang emas di Nusa Tenggara Barat. Dengan langkah ini, Barito Group memiliki ekosistem bisnis yang komplet, dari energi fosil hingga energi terbarukan, dari bahan baku industri hingga inovasi hijau.

Transformasi dan Filosofi Bisnis

Bagi Prajogo Pangestu, diversifikasi bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan strategi bertahan hidup. Ia percaya bahwa perusahaan harus terus bergerak mengikuti dinamika ekonomi global. Filosofi itu tercermin dalam perubahan nama perusahaannya dari PT Barito Pacific Timber menjadi PT Barito Pacific, yang melambangkan keluasan visi dan kemampuan beradaptasi lintas industri.

Baca Juga: Pohon Keluarga Pangestu di Bisnis Barito Group

Kini, Barito Pacific Group menjadi payung besar dari sejumlah perusahaan ternama seperti Chandra Asri Petrochemical, Barito Renewables Energy, dan Petrindo Jaya Kreasi. Di bawah kepemimpinan Prajogo, grup ini tidak hanya menjadi raksasa ekonomi, tetapi juga bagian dari upaya nasional dalam transisi menuju energi bersih dan pembangunan berkelanjutan.

Kisah hidup Prajogo Pangestu ini menjadi bukti bahwa ketekunan akan membuahkan hasil. Mulai dari seorang sopir angkot menjadi pengusaha dengan kerajaan bisnis yang menguasai industri petrokimia dan energi di Indonesia, perjalanan hidupnya adalah inspirasi bagi banyak generasi.

Di usia yang kini menapaki lebih dari delapan dekade, Prajogo tetap dikenal rendah hati dan jarang tampil di publik. Namun, nilai kehidupannya bahwa kesuksesan sejati lahir dari kerja keras dan keberanian mengambil langkah berbeda ketika yang lain memilih aman.