Celah inilah yang dimanfaatkan Kalbe Farma, hingga melahirkan berbagai produk legendaris seperti Kalpanax untuk mengatasi panu, Puyer 16 Bintang Toedjoe, Promag, Komix, Procold, Mixagrip, Entrostop, Fatigon, Woods, Extra Joss, Bejo Sujamer, hingga Diabetasol.
Salah satu terobosan terbesar Boen adalah Promag, obat maag yang diperkenalkan pada 1976. Saat itu, belum ada produk serupa yang tersedia di pasaran, sehingga begitu diluncurkan, Promag langsung laris manis dan menjadi produk unggulan Kalbe Farma.
Dengan semakin banyaknya obat yang diproduksi, Kalbe Farma pun menguasai pasar farmasi di Indonesia. Tak heran jika perusahaan ini berkembang menjadi raksasa industri farmasi di Asia Tenggara, hingga akhirnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1991 dengan kode saham KLBF.
Setelah 42 tahun mengurus Kalbe Farma, Beon pun turun dari jabatannya sebagai presiden komisioner. Posisi tersebut kemudian digantikan oleh keponakannya, Bernadette Ruth Irawati Setiady.
Baca Juga: Kalbe Gelar Diskusi Daring tentang Influenza: Bisa Sebabkan Pneumonia
Tak hanya bergerak di industri farmasi, Kalbe Farma juga merambah bisnis rumah sakit dengan mendirikan jaringan Rumah Sakit Mitra Keluarga yang kini tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan, Boen juga turut andil mengontrol rumah sakit tersebut usai tak lagi mundur dari jabatannya di Kalbe Farma.
Keberhasilan Boen merintis Kalbe Farma membawa ia dan keluarganya menjadi salah satu keluarga terkaya di Tanah Air. Bahkan, Boen disebut-sebut sebagai dokter terkaya RI. Pada 2021, majalah Forbes mencatat kekayaannya mencapai US$ 4,8 miliar atau setara Rp 60 triliun.
Perjalanan hidup Boenjamin Setiawan berakhir pada 4 April 2023. Meski telah tiada, jejak perjuangannya tetap hidup dalam setiap inovasi yang dihasilkan Kalbe Farma. Warisannya bukan sekadar kesuksesan bisnis, tetapi juga kontribusi besar bagi dunia kesehatan Indonesia.