Seiring waktu, usaha kecil mereka terus berkembang. Pada 1975, mereka membuka toko di Jakarta. Toko-toko Danar Hadi lalu menjalar ke berbagai kota besar seperti Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Danar Hadi juga kerap berkolaborasi dengan desainer-desainer ternama tanah air untuk melahirkan koleksi baru yang segar.
Hampir lima dekade kemudian, Danar Hadi menjelma menjadi salah satu perusahaan batik terbesar di Indonesia. Perjalanan panjang ini tetap berpegang pada cinta dan dedikasi tinggi terhadap batik.
Di tengah modernisasi, Danar Hadi mampu menyeimbangkan idealisme budaya dengan manajemen yang profesional. Berbagai penyesuaian dilakukan agar langkah bisnis tetap rasional, tanpa meninggalkan akar tradisinya. Kini, Danar Hadi terus melangkah mantap menghadapi masa depan, sambil menjaga warisan luhur yang menjadi identitasnya sejak awal.
Sang Empu Batik dari Surakarta
Santosa Doellah, bukanlah sosok pengusaha biasa. Ia adalah seorang maestro batik yang telah memberikan kontribusi besar dan konsisten dalam menggaungkan kain khas Indonesia ini hingga dikenal di dunia internasional.
Eksistensi Batik Danar Hadi yang bertahan lebih dari lima dekade menjadi bukti nyata perjalanan panjang dan dedikasi Santosa. Tak heran, kisahnya dalam membangun bisnis batik sering kali menjadi sumber inspirasi.
Santosa bukan hanya dikenal karena telah menciptakan lebih dari 300 motif batik atau mendirikan Museum Batik Kuno Danar Hadi yang menyimpan lebih dari 10.000 lembar koleksi batik. Ia juga dinilai berhasil memenuhi berbagai kriteria lain sebagai sosok yang membangkitkan industri batik menjadi sumber penghidupan.
Atas jasanya, pada 29 Februari 2012, Santosa Doellah dikukuhkan sebagai empu seni batik oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Karya-karya Santosa dinilai tak lekang dimakan zaman dan kerap dijadikan rujukan dalam dunia pendidikan. Gelar empu ini, dalam dunia akademik, setara dengan kompetensi doktor dengan kemampuan profesi spesialis.