Dunia tengah menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, antara lain disrupsi teknologi, krisis etika, ketidakpastian ekonomi, serta kegamangan dalam politik dan hukum. Dalam menghadapi realita ini, para Guru Besar BINUS University menyuarakan pentingnya kolaborasi lintas ilmu pengetahuan sebagai pendekatan strategis untuk merespons dinamika zaman.

Baca Juga: Pendanaan Startup Fintech Anjlok Tajam di Awal 2025, Guru Besar BINUS University Bagikan Pandangannya

Pernyataan ini mengemuka dalam forum strategis Dewan Guru Besar BINUS University yang digelar bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-44. Dalam forum tersebut, para akademisi dari berbagai disiplin ilmu membagikan refleksi dan solusi atas isu-isu besar yang tengah dihadapi Indonesia dan dunia.

“Dewan Guru Besar adalah kekuatan intelektual BINUS yang hadir tidak hanya untuk membimbing dunia akademik, tapi juga sebagai suara moral dan ilmiah yang menjawab persoalan masyarakat dan bangsa,” ujar Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M., Ketua Dewan Guru Besar BINUS University.

Baca Juga: Mahasiswa BINUS University Hadirkan Solusi AI untuk Isu Sosial Lewat elevAIte Hackathon

Dalam forum tersebut, masing-masing Guru Besar menyampaikan pemikiran strategis dari bidang keilmuannya, yang mencerminkan perlunya pendekatan terintegrasi lintas sektor, di antaranya:

  • Prof. Derwin Suhartono menekankan pentingnya kebijakan nasional yang responsif terhadap percepatan teknologi digital. Menurutnya, inovasi teknologi menuntut negara dan masyarakat untuk adaptif secara struktural.
  • Prof. Yanthi Hutagaol mengingatkan bahwa digitalisasi ekonomi, terutama di sektor UMKM, harus diimbangi dengan nilai-nilai etika, transparansi, dan keadilan sosial agar tidak menjadi pemicu ketimpangan baru.
  • Prof. Shidarta menyoroti pentingnya integritas dalam penegakan hukum. Ia menyebut bahwa stabilitas politik tidak cukup hanya dengan regulasi, tetapi juga membutuhkan pendidikan etika dan partisipasi publik dalam pengawasan.
  • Prof. Nesti Sianipar memaparkan tantangan ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat sebagai isu lintas generasi yang perlu ditangani lewat pendekatan interdisipliner.
  • Prof. Sasmoko membahas integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan. Ia melihat AI sebagai mitra pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang lebih personal dan membentuk karakter generasi masa depan.
  • Prof. Gatot Soepriyanto memberikan refleksi atas maraknya kegagalan startup, yang menurutnya mencerminkan perlunya literasi keuangan dan tata kelola perusahaan yang kuat, serta regulasi yang mendukung inovasi.

Forum ini tidak hanya menjadi ruang diskusi intelektual, melainkan juga pernyataan sikap bahwa dunia akademik harus berkontribusi nyata dalam menjawab persoalan bangsa. Kolaborasi antarilmu menjadi salah satu pendekatan kunci untuk merumuskan solusi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan.

Baca Juga: BINUS Alam Sutera Siap Cetak Talenta Berkualitas di Industri Creative Business

“Kami percaya bahwa dunia saat ini membutuhkan lebih dari sekadar wacana. Dunia membutuhkan solusi. Dan solusi lahir dari pemikiran yang tajam dan kolaboratif,” tegas Prof. Harjanto.

BINUS University melalui Dewan Guru Besarnya menunjukkan komitmen untuk hadir secara aktif dalam perubahan sosial. Komitmen ini tercermin dalam visi BINUS 2035 sebagai World-class University yang fostering and empowering the society melalui pendidikan, riset, dan aksi kolaboratif.