Tahukah kamu brand lokal Eiger Indonesia? Yap, merek perlengkapan outdoor yang kinin merajai pasar dalam negeri dan sudah menembus pasar internasional itu adalah hasil dari tangan dingin seorang Ronny Lukito. Sosok pria asal Bandung itu semakin mendunia usai brand besutannya terus melahirkan "adik" Eiger lainnya.

Tapi, jauh sebelum menjadi pengusaha besar dan menduduki posisi sebagai CEO Eiger, Ronny menjalani hidup dan meniti usahanya sedari bawah. Ia pernah menjual susu keliling dan bekerja sebagai montir motor.

Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai sosok dan perjalanan Ronny Lukito, berikut informasi yang telah Olenka rangkum dari berbagai sumber:

Baca Juga: The Bridge Academy Sukses Bantu Eiger Tingkatkan Revenue Hingga 28%

Background Ronny Lukito

Lahir di Bandung pada 15 Januari 1962, Ronny tumbuh di tengah keluarga sederhana. Ia merupakan satu-satunya anak laki-laki dari enam bersaudara. Orang tuanya, Lukito dan Kumiasih, menjalankan usaha toko kecil yang menjual tas.

Sejak remaja, Ronny sudah terbiasa membantu orang tua, mulai dari mengemas tas, merapikan etalase, menjadi kasir, hingga membeli bahan dan mengantar pesanan.

Baca Juga: Mengenal Leo Sandjaja, Putra Mahkota Lea Jeans yang Sempat Menolak Warisan Sang Ayah

Pria berdarah campuran Buton, Sumatera dan Jakarta itu dikenal sebagai sosok pemuda yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta favorit, dia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah).

Sebenarnya dia sangat ingin sekali melanjutkan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta terfavorit di Bandung, namun keinginannya itu tidak menjadi kenyataan karena terbentur masalah keuangan.

Semenjak bersekolah di STM Ronny terbiasa berjualan susu yang dibungkus dengan plastik kecil. Susu tersebut ia ikat dengan karet dan kemudian dia jual ke rumah-rumah tetangga dengan sepeda motor miliknya.

Masa remaja Ronny di Bandung dilewati dengan penuh kesederhanaan dan kerja keras yang jauh dari kehidupan serba ada. Hidup ditengah keluarga yang pas-pasan, tidak membuat Ronny menyerah pada keadaan.

Baca Juga: Mengenal Luigi Ragusa, Sosok yang Meracik Sejarah dalam Sepotong Es Krim Italia di Tanah Batavia

Setelah lulus dari STM, Ronny akhirnya memutuskan membantu orang tua untuk memulai memproduksi tas dengan merek “Butterfly”, terinspirasi dari merek mesin jahit buatan Cina yang mereka gunakan. Ronny pun ikut mengurus segalanya, termasuk logistik dan produksi.

Membangun Usaha Sendiri

Tahun 1979, Ronny memberanikan diri memulai usaha sendiri. Dengan modal tak sampai satu juta rupiah, ia membeli dua mesin jahit dan sedikit bahan. Ia dibantu satu pegawai bernama Mang Uwon.

Produksi dijalankan secara manual dan terbatas. Tahun 1983–1984, ia mulai menawarkan produknya ke Matahari Department Store, dan setelah 13 kali ditolak, akhirnya berhasil menjual produknya, meskipun nilainya di bawah Rp300 ribu.

Baca Juga: Berkenalan dengan Joseph Theodorus Wulianadi, Sosok Kreatif di Balik Suksesnya Pabrik Kata-Kata Joger Bali

Ronny terus mengembangkan diri dan bisnisnya. Ia belajar manajemen secara otodidak, mengikuti seminar, membaca buku bisnis, bahkan berkonsultasi dengan konsultan profesional.

Singkat cerita, pada 1984, ia membeli rumah tambahan untuk produksi, lalu tahun 1986 membeli lahan 6.000 meter persegi di Bandung sebagai pabrik. Setelah menikah, ia pun memperkuat timnya dengan merekrut tenaga profesional di bidang pemasaran.

Baca Juga: Mengenal Leendert van Bogerijen, Sosok di Balik Lahirnya Maison Bogerijen yang Kini Bernama Braga Permai

Lahirnya Eiger dan Strategi Multibrand

Pada 1993, Ronny mendirikan brand Eiger yang fokus pada peralatan outdoor seperti tas gunung, perlengkapan mendaki, dan berkemah. Nama Eiger diambil dari Gunung Eiger di Swiss yang ikonik di kalangan pendaki dunia.

Eiger pertama kali dijalankan dari rumah kontrakan dan baru pada 1998 mulai memproduksi sendiri dengan dua tukang jahit. Kini Eiger memiliki pabrik besar di Soreang, Bandung, dengan lebih dari 800 penjahit.

Melihat potensi pasar yang beragam, Ronny tak hanya berhenti pada satu brand. Ia mendirikan perusahaan PT Eigerindo Multi Produk Industri dan meluncurkan sejumlah merek dengan segmen dan gaya yang berbeda. Tujuannya, agar masing-masing produk punya pasar sendiri dan tidak saling menggerus satu sama lain. Berikut adalah merek-merek di bawah naungan perusahaannya:

Eiger

Didirikan tahun 1993, Eiger menjadi produk utama yang membawa nama Ronny Lukito dikenal luas. Brand ini ditujukan untuk kebutuhan kegiatan outdoor seperti mendaki gunung, kemah, panjat tebing, hingga eksplorasi alam lainnya. Ciri khas Eiger terletak pada ketangguhan material, fungsionalitas tinggi, serta desain yang dirancang untuk medan ekstrem di Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Nisa Pratiwi, Sosok di Balik HijabChic: Brand Modestwear yang Menemani Perjalanan Hijrah Perempuan Indonesia

Eiger tak hanya menjual tas, tapi juga memproduksi pakaian outdoor, sepatu hiking, jaket tahan cuaca, sleeping bag, dan peralatan survival. Eiger juga membangun ekosistem komunitas petualang dengan membuat flagship store yang mengintegrasikan toko, area edukasi, dan experience zone.

Dengan reputasi yang terus meningkat, Eiger kini merambah pasar luar negeri dan terus berinovasi mengikuti tren petualangan global tanpa meninggalkan identitas lokalnya.

Exsport

Baca Juga: Berkenalan dengan Dia Demona dan Kisah Suksesnya Rintis Brand Modest Wear Aleza

Merek ini awalnya dinamai “Exxon”, namun kemudian diganti menjadi Exsport karena kemiripan dengan perusahaan minyak raksasa ExxonMobil. Nama “Exsport” sendiri diambil dari gabungan kata “export” dan “sport”, mencerminkan semangat dinamis dan desain fashionable.

Exsport menyasar pasar remaja putri, khususnya pelajar dan mahasiswa, yang menginginkan tas dengan warna cerah, desain stylish, dan tetap fungsional untuk kegiatan sehari-hari. Produk Exsport menonjol dalam desain feminin, ringan, dan trendi, serta lebih sering mengusung motif bunga, pastel, atau elemen youthful lain.

Dengan positioning sebagai tas gaya hidup muda, Exsport kerap berkolaborasi dengan ilustrator muda, kampus, hingga influencer. Ini membuat Exsport bukan sekadar tas sekolah, tapi bagian dari ekspresi gaya generasi muda Indonesia.

Bodypack

Bodypack hadir untuk menjawab kebutuhan konsumen modern yang tidak terlepas dari teknologi digital. Produk-produk Bodypack dirancang khusus untuk mereka yang membawa laptop, tablet, kamera, dan gadget lainnya ke kampus, kantor, atau perjalanan bisnis.

Baca Juga: Cintai Bumi, Dukung Lokal: Ini Rekomendasi 6 Produk Fashion & Beauty yang Ramah Lingkungan

Segmen pasar Bodypack adalah profesional muda dan pelajar urban yang aktif. Desain Bodypack cenderung minimalis, ergonomis, dan mengedepankan proteksi terhadap barang elektronik. Beberapa produknya bahkan dilengkapi dengan teknologi anti-air, anti-gores, dan slot pengisian daya portabel.

Dengan tagline “Digital Lifestyle”, Bodypack juga rutin merilis koleksi limited edition untuk penggemar fotografi, konten kreator, dan traveler digital. Merek ini menjadi salah satu pionir tas urban berbasis kebutuhan teknologi di Indonesia.

Neosack

Neosack adalah brand yang menyasar segmen pelajar SMP dan SMA. Produk-produknya didesain dengan warna cerah, bentuk ergonomis, dan fungsi yang cocok untuk aktivitas sekolah sehari-hari.

Baca Juga: Tak Cuma Soal Obat, Ini Strategi Merck Dongkrak Industri Farmasi Lokal

Tas-tas Neosack memiliki ciri khas ringan, tahan lama, serta hadir dalam bentuk yang ramah punggung anak-anak dan remaja. Desain grafis yang mencolok dan variatif membuat Neosack populer di kalangan pelajar muda yang menginginkan tas dengan gaya khas remaja masa kini.

Harga yang terjangkau juga membuat Neosack jadi pilihan banyak orang tua dan pelajar. Merek ini memperluas distribusinya hingga ke toko-toko ritel sekolah di berbagai kota.

XTREME

Produk XTREME ditujukan khusus untuk para pengendara motor pria. Dengan tagline “The Ultimate Riding Gear”, merek ini menawarkan perlengkapan berkendara dari ujung kepala hingga kaki, termasuk jaket tahan angin, tas ransel khusus riding, sarung tangan, dan sepatu touring.

Baca Juga: Daftar 8 Perempuan Perintis Bisnis Raksasa, Sukses Bangun Merek-Merek Terkenal

Desain XTREME dibuat maskulin, dengan sentuhan gaya militer dan urban rugged. Tas-tasnya seringkali tahan air, berkapasitas besar, dan memiliki fitur pengaman khusus bagi pengendara motor jarak jauh.

Selain perlengkapan fungsional, XTREME juga menjadi bagian dari lifestyle bikers muda, yang mengedepankan tampilan tangguh dan andal dalam segala cuaca. XTREME kini banyak digunakan komunitas motor di Indonesia, termasuk pada kegiatan touring dan ekspedisi.

Nordwand

Brand Nordwand dikembangkan sebagai produk outdoor yang lebih terjangkau dibanding Eiger, namun tetap mengusung semangat petualangan. Nama Nordwand sendiri berarti “dinding utara” dalam bahasa Jerman, yang identik dengan jalur pendakian ekstrem.

Produk Nordwand menyasar pemula dalam dunia outdoor, pelajar pencinta alam, hingga komunitas kampus yang aktif berkegiatan alam bebas. Desainnya simple, fungsional, namun tetap kuat dan praktis digunakan untuk hiking ringan, camping, dan kegiatan alam lainnya.

Baca Juga: 7 Kualitas Orang Sukses yang Membedakan Mereka dari Orang Lain

Dengan harga yang lebih ekonomis, Nordwand menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang ingin merasakan kualitas outdoor gear tanpa harus mengeluarkan anggaran besar.

Produksi Masif dan Inovasi Berkelanjutan

Setiap tahunnya, perusahaan Ronny Lukito memproduksi lebih dari 2,5 juta tas dengan lebih dari 8.000 desain berbeda. Dalam sebulan, minimal 40 model baru dirilis. Semua proses kreatif dibantu oleh desainer dari kampus ternama seperti ITB, Universitas Trisakti, dan lainnya.

Produk-produk tersebut tidak hanya mengisi pasar lokal, tetapi juga telah diekspor ke Singapura, Filipina, Lebanon, hingga Jepang. Strategi multibrand ini tidak hanya memperluas pasar, tapi juga menciptakan ekosistem produk yang tidak saling bertabrakan di pasar.

Nah, apakah kamu salah satu pengguna brand yang didirikan Ronny juga, Growthmates?