Masuk Sarinah dan Tantangan Awal
Penunjukan Raisha sebagai Direktur Utama Sarinah dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Ia mulai memimpin pada fase pasca-revitalisasi fisik gedung Sarinah. Tantangan utamanya bukan lagi membangun infrastruktur, melainkan memastikan bangunan dan merek Sarinah benar-benar hidup secara ekonomi.
Di satu sisi, Sarinah dituntut sehat secara bisnis. Di sisi lain, perusahaan ini memikul fungsi sosial untuk memberi ruang bagi UMKM dan produk lokal agar mampu bersaing. Menjaga keseimbangan dua peran tersebut menjadi pekerjaan rumah utama di awal kepemimpinannya.
Baca Juga: Perayaan Sukacita yang Khidmat, Sarinah Gelar Festiloka Panggung Nusantara 2026 serta Doa Bersama
Sarinah sebagai Retail Experience Center
Di bawah kepemimpinan Raisha, Sarinah diarahkan menjadi retail experience center. Konsep ini menempatkan Sarinah bukan sebagai mal konvensional, melainkan ruang kurasi produk lokal dengan nilai budaya. Produk yang ditampilkan diseleksi berdasarkan kualitas, cerita, dan kesiapan pasar, bukan semata harga atau volume penjualan.
Pendekatan ini terlihat dalam pembukaan gerai Sarinah di Jakarta Premium Outlets. Melalui gerai tersebut, merek lokal diposisikan berdampingan dengan brand internasional, sebagai upaya menaikkan persepsi dan daya saing produk Indonesia. Langkah ini menjadi sinyal bahwa produk lokal tidak selalu harus berada di segmen bawah.
Sarinah juga berpartisipasi dalam Osaka Expo 2025, membawa produk unggulan Indonesia sekaligus memperkenalkan pendekatan berkelanjutan dalam ritel dan ekonomi kreatif kepada pasar global.
Penguatan UMKM dan Tantangan Keberlanjutan
Di dalam negeri, Raisha mendorong penguatan UMKM melalui program Sarinah Pandu. Program ini tidak hanya menyediakan ruang jual, tetapi juga pendampingan mencakup manajemen dasar, pemasaran, hingga penguatan merek. Tujuannya agar UMKM tidak berhenti sebagai pengisi etalase, melainkan siap memasuki pasar yang lebih luas.
Namun, tantangan program ini terletak pada kesinambungan dan skalanya, sejauh mana pendampingan dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha dan menghasilkan dampak jangka panjang.
Kepemimpinan dan Sensitivitas Sosial
Dalam sejumlah kebijakan, Raisha juga menunjukkan sensitivitas sosial. Salah satunya terlihat dari keputusan Sarinah meniadakan pesta kembang api saat perayaan tahun baru dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih sederhana dan bernuansa solidaritas. Langkah ini menegaskan bahwa Sarinah tidak hanya mengejar citra komersial, tetapi juga berupaya tetap relevan dengan konteks sosial masyarakat.
Menyebut kepemimpinan Raisha Syarfuan sebagai bab baru Sarinah bukan tanpa alasan. Ia membawa pendekatan pasar, pengalaman internasional, serta fokus pada kurasi dan pengalaman konsumen. Namun, bab ini masih berjalan. Keberhasilannya akan diukur dari kemampuan Sarinah bertahan dan tumbuh secara bisnis, memberi dampak nyata bagi UMKM, serta tetap menjaga identitasnya sebagai etalase karya Indonesia di tengah persaingan ritel yang semakin ketat.