Dalam agenda serupa, publik figur penggiat pendidikan Arumi Bachsin turut mengungkap hal pelik yang pernah ditemuinya ketika bertugas di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur bersama sang suami. Diakui Arumi, ia pernah menemui kasus ketika anak kelas 5 atau 6 SD putus sekolah lantaran harus membantu orang tuanya di ladang.
Diungkap Arumi, pemerintah setempat sudah mencanangkan program gratis SPP alias sekolah tanpa harus membayar SPP. Namun kenyataannya, bukan hanya biaya SPP yang menjadi masalah pendidikan saat ini.
Ada banyak penghambat lain yang membuat anak putus sekolah. Mulai dari letak geografis, hingga biaya pendukung pendidikan lainnya seperti biaya untuk seragam sekolah, buku, dan masih banyak lagi.
“Biaya pendidikan juga tidak cuman soal SPP, sekompleks itu. Misalnya buku, seragam, ongkos, bekal, uang jajan. Bahkan kalau di kasus ekstrim, orang tua butuh tenaga si anak karena sudah tua. Indonesia ini PR-nya masih besar soal masalah pendidikan," tutur Arumi.
Dampak Anak Putus Sekolah
Putus sekolah seolah menjadi pemicu terbukanya ‘gerbang’ masalah sosial. Ada banyak masalah sosial yang dapat muncull akibat seorang anak yang tidak mendapatkan pendidikan dasar yang cukup. Di antaranya adalah pengangguran, kemiskinan, hingga yang paling berbahaya adalah kriminalitas.
"Bisa memunculkan pengangguran, karena mereka (anak) tidak mempunyai dasar pendidikan yang cukup. Kemudian, mungkin juga menambah tingginya tingkat kemiskinan dalam keluarga," terang Kak Seto
“Dampak yang paling berbahaya dan harus benar-benar diwaspadai dari putus sekolah adalah bisa memunculkan kriminalitas. Mereka mencoba untuk bisa mendapatkan uang dengan jalan pintas, seperti menodong, atau merampok,” tambahnya.