Perang Israel dan Iran berimbas besar ekonomi global, konflik bersenjata itu memengaruhi harga minyak secara global. Terbaru Iran mengancam bakal menutup Selat Hormuz menyusul serangan bom Amerika Serikat yang menyasar tiga situs nuklir Iran.
Kesal dengan serangan Amerika Serikat, Iran membalasnya dengan mempertimbangkan menutup Selat Hormuz. Ancaman Iran bikin dunia kaget sebab selat yang terletak di antara pantai selatan Iran dan pesisir utara Uni Emirat Arab (UEA) serta Oman itu merupakan jalur utama pengiriman 20 persen minyak mentah untuk konsumsi global, dunia jelas khawatir dengan ancaman penutupan yang menghubungkan Teluk Persia di sebelah barat dengan Teluk Oman dan Laut Arab di sebelah timur tersebut.
Baca Juga: Perang Israel-Iran Ganggu Jalur Logistik Internasional, DHL Alihkan Rute ke Afrika
Lantaran letaknya yang sangat strategis Selat Hormuz dianggap sebagai titik kritis, ia merupakan jalur yang sangat penting untuk memasok minyak mentah ke berbagai belahan dunia.
Lalu lintas di selat ini sangat ramai setiap harinya, U.S. Energy Information Administration (EIA) mencatat total 21 juta barel minyak mentah di distribusikan per hari lewat jalur perdagangan ini. Volume ini setara dengan sekitar seperempat total perdagangan minyak via jalur laut global.
Selain minyak mentah, Selat Hormuz juga merupakan jalur utama untuk ekspor gas alam cair (LNG). Sekitar 20 persen perdagangan global LNG juga melewati Selat Hormuz pada tahun 2022.
Negara-negara penghasil minyak utama seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan UEA sangat bergantung pada jalur ini untuk mengekspor minyak mereka ke pasar energi di Asia, Eropa, dan Amerika.
Sekitar 82 persen minyak mentah dan kondensat yang melewati Selat Hormuz pada tahun 2022 dikirim ke pasar Asia, dengan China, India, Jepang, dan Korea Selatan menjadi tujuan utama.
Apabila Iran benar-benar merealisasikan ancamannya tersebut, maka lonjakan harga energi secara global jelas tidak dapat dihindari. Banyak pihak yang memperkirakan harga minyak melonjak hingga USD 100 hingga USD 150 per barel kalau jalur ini benar-benar ditutup
Kenaikan harga minyak secara mendadak akan mendorong inflasi, meningkatkan biaya energi, dan mengganggu aktivitas ekonomi global, termasuk sektor manufaktur, transportasi, dan pertanian.
Baca Juga: Nggak Mungkin Ayah dan Anak Bersaing, Kaesang Pastikan Jokowi Tak Maju Jadi Calon Ketum PSI
Penutupan selat juga akan meningkatkan premi asuransi untuk pelayaran, yang akan menaikkan biaya bagi bisnis dan konsumen di banyak negara. Ini juga dapat menimbulkan ketidakpastian di pasar saham dan menyebabkan volatilitas global.