Saat ini tengah marak fenomena presenteeism di kalangan pekerja. Presenteeism merupakan kondisi di mana karyawan hadir secara fisik di kantor, tetapi tidak produktif seperti biasanya. Tentu kondisi ini menjadi sebuah tantangan untuk perusahaan, termasuk perusahaan software manajemen bisnis ERP, HashMicro.
Perusahaan yang memiliki visi "Brin Joy to Work" ini menyoroti fenomena yang sedang ramai sebagai suatu masalah yang bisa diselesaikan lewat proses kerja yang lebih efisien dan terorganisasi.
“Presenteeism memiliki keterikatan erat dengan masalah produktivitas. Oleh karena itu, perusahaan harus mendefinisikan ‘produktivitas’ dengan tepat dan memastikan ‘produktivitas’ tersebut bisa tercapai,” ujar Lusiana Lu, Business Development Director HashMicro kepada Olenka pada Selasa (09/04/2024).
Produktivitas yang positif tidak hanya diukur dari jumlah output yang dihasilkan, tetapi juga dari kesejahteraan karyawan. Karyawan yang produktif adalah mereka yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan efisien, efektif, dan tepat waktu tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisiknya.
Baca Juga: Tren Gelombang Resign Pasca Lebaran, Inikah yang Harus Dilakukan Pimpinan Demi Pertahankan Karyawan?
Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan budaya kerja yang mendukung, memberikan karyawan akses ke teknologi dan sumber daya perusahaan yang mereka butuhkan, dimana hal tersebut dapat mendorong keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Agar tuntutan kerja terhadap karyawan tidak berlebihan, perusahaan perlu dapat mengakses informasi tentang aktivitas karyawan secara cepat untuk memastikan setiap target yang ditetapkan realistis.
Guna menciptakan proses kerja yang efisien dan terorganisir, dibutuhkan sistem terintegrasi yang mampu mengotomatisasi berbagai tugas dan proses, sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dengan output yang lebih besar. Selain itu, karyawan bisa berfokus pada pekerjaan strategis dan memberikannya otonomi untuk berkembang.
Selain itu, sistem yang mumpuni juga bisa memberikan data dan analitik untuk melihat distribusi pekerjaan, performa tim, dan potensi bottleneck. Data ini bisa dijadikan acuan untuk melihat tren dan pola yang menunjukan masalah yang lebih luas yang mempengaruhi kesejahteraan karyawan.
“Dengan menggunakan data yang diperoleh dari sistem ERP, manajer bisa proaktif berkomunikasi secara terbuka dengan timnya untuk membicarakan seputar workload, performa kerja, kesejahteraan karyawan, dan hal-hal yang bisa ditingkatkan kembali baik untuk tim maupun masukan untuk perusahaan,” ujar Lusiana.
HashMicro yakin bahwa dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif, karyawan akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaiknya, sehingga individu serta perusahaan dapat mencapai tujuannya secara optimal.