Menteri Sekretaris Negara Pratikno ikut menyoroti pernyataan calon wakil presiden nomor urut 03 Mahfud MD yang mengaku bakal mundur dari posisi Menko Polhukam. 

Pratikno menegaskan, pilihan mundur dari jabatan Menko Polhukam adalah pribadi Mahfud yang tak bisa diganggu gugat, namun kata dia hingga sekarang ini pihaknya menerima surat pengunduran diri dari yang bersangkutan. 

Baca Juga: Dilaporkan ke Bawaslu Gegara Dianggap Menghina Gibran, Mahfud: Saya Nggak Peduli

"Sampai saat ini (Jumat siang), kami belum menerima surat pengunduran diri Prof.Mahfud Md. sebagai Menko Polhukam," kata Pratikno Jumat (26/1/2023). 

Sebagaimana diketahui, Mahfud mengatakan bakal mundur dari kabinet kerja Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat ini. Hal itu dilakukan untuk  menghormati peraturan yang ada lantaran dirinya ikut  

Mahfud mengatakan usulan Ganjar agar dirinya mundur dari menteri merupakan kesepakatan awal antara keduanya.

"Apa yang disampaikan Pak Ganjar ke publik sore ini adalah kesepakatan saya dengan Pak Ganjar sejak awal," kata Mahfud dalam acara 'Tabrak Prof' di Semarang, Jateng.

Pengunduran Diri Dongkrak Elektabilitas

Pengamat politik Unhas, Ali Armunanto menyebut elektabilitas  Mahfud MD bisa terdongkrak jika dia segera mengundurkan  Menko Polhukam itu mengundurkan diri dari kabinet kerja Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat ini. 

Hal ini disampaikan Ali Armunanto untuk merespons pernyataan Mahfud yang mengaku segera mundur dan melepas jabatan Menko Polhukam karena mentaati peraturan perundang-undangan. 

"Saya rasa persoalan framing, kalau diframing Mahfud mundur karena tahu diri menaati aturan dan segala macam pasti dia menimbulkan citra positif," kata Ali kepada wartawan Jumat (26/1/2023).

Baca Juga: Mundur dari Kabinet Jokowi, Elektabilitas Mahfud Bisa Naik

Baca Juga: Jokowi Panen Kritik Gegara Bilang Presiden Boleh Kampanye Pemilu, Istana Sebut Nama Megawati

Alasan lainnya, lanjut Ali ketika Mahfud MD mundur karena mendapat tekanan dari lawan politiknya. Hal itu bisa menarik simpati masyarakat kepada guru besar tersebut.

"Atau misalnya bisa jadi Mahfud ditekan Jokowi dan kelompoknya Prabowo itu juga menimbulkan simpati ke Mahfud," ungkap Ali.