“Saya gak pernah anggap diri Saya pelawak. Saya takut buat kelucuan, tapi nggak bisa diulang lagi,” kata pria yang akrab disapa Igun tersebut.

“Ini program tergila, teredan, teribet yang pernah Saya alami. Tapi, karena Pak Indra yang minta, Saya mau,” selorohnya.

Begitu pun dengan Denny Cagur yang merasa tertantang harus melawak di depan para pelawak. Terlebih, sebelumnya mereka tak saling tahu identitas satu sama lain sebelum acara syuting dimulai.

“Tantangannya ngelawak di depan pelawak. Kita kumpul enam jam saling bercanda, saling menyerang. Semua usil, semua jail,” tambah Denny Cagur.

Sementara Rina Nose sempat khawatir bisa turut serta dalam program ini, pasalnya ia sulit menahan tawa. Hal tersebut terbukti dari cuplikan tayangan yang diperlihatkan, Rina Nose menjadi peserta yang sering tertangkap kamera dengan ekspresi yang tak biasa karena harus menahan tawa.

“Emang se-susah itu nahannya. Apalagi kerjanya sama orang-orang yang sudah aku tahu karakternya gimana. Itu susah banget nahan ketawanya, ini satu program paling gila sih,” kata Rina Nose.

Gilang Dirga yang turut terpilih menganggap serial ini menjadi milestone terbaik sepanjang berkarier. Menurutnya, serial LOL Indonesia: Yang Ketawa Kalah menjadi tontonan hiburan yang luar biasa.

“Selesai syuting, kami ngumpul satu jam lebih untuk ngebahas yang terjadi saat syuting tadi dan kita masih ngakak. Menurut gue ini sangat worth to watch banget, kalau misalkan teman-teman mau nonton dari episode 1-6 ini sebuah hiburan yang luar biasa dan buat gue ini milestone yang paling bagus untuk gue selama berkarier,” timpal Gilang Dirga.

Baca Juga: Meriahkan Grand Opening Miniso Pink, Fuji Ungkap Barang yang Wajib Dibawa untuk Syuting

Dicky Difie menambahkan, sebagai salah satu perwakilan komedian muda, ia merasakan jiwa kompetitif saat syuting berlangsung sangat terasa. Meski begitu, sangat menyenangkan baginya terlibat dalam LOL Indonesia: Yang Ketawa Kalah.

“Gue di sini sama Indra Jegel mewakili komedian muda, gue ngerasain vibes di ruangan itu bukan ngelawak. Kehormatan, harga diri itu nggak ada. Bagaimanapun anak ini harus cepat keluar, jiwa kompetitif kita tinggi sekali. Tapi itu menyenangkan sekali,” seloroh Dicky yang mengundang tawa.

“Bebannya berat sekali, karena kita junior. Saat masuk dan tahu orang-orangnya, strateginya cuma satu, bertahan. Satu sisi sama yang tua harus hormat, tapi kalau kita hormat sama dia, dia ngelawak kita keluar. Kalau nggak ketawa, nggak sopan junior ini. Tapi, jadi satu kebanggaan aku bisa gabung di sini,” tambah Indra Jegel mengakhiri.