Lalui Masa-Masa Sulit

Awal produksi pun dianggap menjadi masa-masa yang sulit sampai orang tak mau mencoba AQUA karena mereka menganggap "untuk apa air minum mentah". Tapi, Tirto tak ingin menyerah. Ia pun bahkan menerapkan ide gila dengan menaikkan harga AQUA hingga tiga kali lipat.

Lalu, distribusi AQUA beralih dari masyarakat biasa ke perusahaan asing seperti perusahaan Korea yang saat itu sedang menangani proyek Tol Jagorawi. Alhasil, pasar pun mulai terbuka, omset mulai naik. Orang-orang mulai percaya bahwa air minum AQUA merupakan air minum dengan kualitas tinggi.

Tahun 1978, AQUA mencapai titik BEP dan itulah yang menjadi batu loncatan kisah sukses AQUA yang terus berkembang pesat. Pada tahun 1982, AQUA juga mengganti bahan baku air yang digunakan dari yang semula menggunakan sumur bor beralih ke mata air pegunungan karena dianggap mengandung komposisi alami yang kaya nutrisi.

Pada 1984, Pabrik AQUA kedua didirikan di Pandaan, Jawa Timur. Tahun 1985, AQUA juga mulai memperkenalkan kemasan yang lebih kecil, yaitu 220 ml yang berbentuk gelas plastik. Hingga akhirnya berbuah manis dan produk-produk AQUA pun mulai merambah ke restoran mewah dan perusahaan-perusahaan Indonesia.

AQUA juga meraih sukses di mancanegara. Sejak 1987, produk AQUA telah diekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Maldives, Fuji, Timur Tengah dan Afrika. Berbagai prestasi dan penghargaan pun didapatkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pada 1995, AQUA pun menjadi pabrik air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in line di pabrik Mekarsari. Pemrosesan air dan pembuatan kemasan AQUA dilakukan bersamaan. Hasil sistem in-line ini adalah botol AQUA yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung proses produksi, sehingga proses produksi menjadi lebih higienis.

Untuk mencapai kesuksesannya, perlu banyak waktu dan tenaga yang dikorbankan oleh Tirto. Namun kini, ia dapat membuktikan kepada orang-orang yang dulu meremehkannya bahwa idenya berjalan sangat sukses di Indonesia.

"Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah. Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air keran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen," papar Tirto.

Nah Growthmates, Tirto Utomo sendiri meninggal dunia pada 16 Maret 1994, namun kejayaan AQUA masih berlangsung sebagai produsen air minum dengan merek tunggal terbesar di dunia. 

Baca Juga: Menilik Kesuksesan Brand Dekoruma: Pelopor Jasa Desain Interior Online yang Sahamnya Diakuisisi BliBli Rp1,16 Triliun

Diakuisisi Danone

Seiring kepopuleran AQUA, pada 1998 terjadi aliansi strategis antara PT Tirta Investama dengan perusahaan multinasional asal Perancis, Danone melalui Danone Asia Holding Pte, sebagai minority shareholder.

Kemudian PT Tirta Investama, PT AQUA Golden Mississippidan PT Tirta Sibayakindo sepakat untuk bersinergi sebagai grup AQUA. Dengan demikian, saham AQUA diakuisisi oleh Danone dan masih sebagai pemegang saham minoritas, dan Tirto Utomo masih memegang saham di AQUA melalui PT Tirta Investama.

Bersamaan dengan akuisisi, kemasan AQUA mulai berganti, dan label Danone mulai disematkan di kemasan AQUA.

Setahun kemudian tepatnya pada 2002, Danone menjadi pemegang saham mayoritas grup AQUA seiring meningkatkan kepemilikan saham di PT Tirta Investama. Seiring tambahan kepemilikan saham tersebut berdampak terhadap jumlah kepemilikan saham.

Mengutip laman academia, Danone menambahkan kepemilikan saham Tirta Investama dari 40 persen menjadi 74 persen. Pada tahun yang sama, AQUA juga menghadirkan kemasan botol kaca baru 380 ml.

Selanjutnya pada 2003, grup AQUA meresmikan pabrik baru di Klaten pada awal 2003. Pabrik Klaten menjadi pabrik ke-13 grup AQUA. Pada 2003, grup AQUA juga inisiasikan pengintegrasian proses kerja perusahaan melalui penerapan System Application and Products for Data Processing dan Human Resources Information System atau HRIS.

PT AQUA Golden Mississippi sebelumnya juga pernah tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, kemudian perusahaan memutuskan untuk keluar dari bursa (delisting) pada tahun 2011. Manajemen AQUA pun menawarkan Rp 500.000 per saham untuk setiap saham yang dimiliki publik seiring rencana go private. Harga itu harga penawaran yang terdapat dalam pernyataan penawaran tender pada 29 Oktober 2010. PT Tirta Investama selaku pemegang saham untuk membeli saham yang diajukan oleh pemegang saham minoritas dengan harga Rp 500.000.

Harga penawaran Rp 500.000 per saham setara dengan harga premium 104,25 persen. Hal ini berarti harga Rp 500.000 itu 104,25 persen lebih tinggi dari harga perdagangan tertinggi atas saham AQUA pada 90 hari terakhir sebelum 20 Agustus 2010.

Selain itu, harga tersebut juga 124,76 persen lebih tinggi dari hasil penilaian harga wajar saham berdasarkan penilai independen yaitu sebesar Rp 222.460 per saham, dengan nilai nominal saham Rp 1.000 per saham.

Adapun, delisting saham AQUA efektif pada Jumat, 1 April 2011. Selanjutnya pada 2013, pabrik AQUA Solok resmi beroperasi. Kini, Grup AQUA pun telah mencapai usia 51 tahun sejak didirikan tahun 1973 lalu.

Baca Juga: Perjalanan Brand BYD Masuki Pasar Otomotif Indonesia: Raja Dunia yang Berhasil Kalahkan Tesla!