Habiskan Waktu dengan Bekerja dan Hidup Sederhana
Lebih lanjut Tahir pun mengatakan, ketika ada seseorang yang bertanya kepada dirinya tentang apa yang terjadi dalam hidupnya selama 3 tahun awal pernikahannya dengan Rosy, ia mengatakan bahwa tahun-tahun itu merupakan perjuangannya dalam berbisnis.
Hari-hari Tahir sendiri dihabiskan di Gudang kantor, di pelabuhan, atau bolak balik Hong Kong, Singapura, dan berbagai negara Eropa lainnya untuk mencari komoditas yang potensial impor. Tahir mengaku, ia hampir tak sedikit pun menikmati waktu untuk bersenang-senang.
“Ya, saya hampir tidak punya waktu untuk bersenang-senang. Mediarto memperkenalkan saya kepada banyak rekan importir dan pengusaha lainnya. Kadang-kadang saya bergabung dengan mereka untuk santai sejenak. Tapi kepada saya terlalu penuh dengan beban yang sangat berat, jadi tidak memungkinkan saya untuk bersenang-senang,” tutur Tahir.
Mediarto pun, kata Tahir, selalu mengingatkan dirinya untuk sejenak menghibur diri dan melarangnya bekerja berlebihan. Namun, ketika Tahir hanya merespons permintaannya dengan diam, lanjut Tahir, Mediarto pun akan langsung mengerti alasan kenapa ia begitu gigih bekerja.
“Saya berada di bawah bayang-bayang Mochtar Riady yang terus mengawasi saya. Saya hanya tidak mau jadi pecundang di mata orang berkuasa ini,” tukas Tahir.
Jangankan untuk bersenang-senang, sambung Tahir, ajakan makan dari Mediarto pun kerap tak ia pedulikan. Alasannya sendiri, Tahir sama sekali tak tertarik masuk ke restoran mahal dan menghabiskan uang banyak.
Menurutnya, pendidikan orang tuanya dulu sudah sangat mengakar dalam jiwanya untuk makan secukupnya dan sederhana.
“Jadi pada tahap itu saya masih mempertahankan cara hidup sederhana, seperti ajaran orang tua saya. Kalau saya dan Mediarto ke luar negeri pun, saya tetap memilih hotel yang murah. Kita berdua lebih menyukai menghabiskan sebagian waktu untuk berkeliling mencari barang-barang daripada bersenang-senang,” papar Tahir.
Baca Juga: Kisah Keakraban Dato Sri Tahir dengan Mediarto: Dia Adalah Guru Bisnis Saya