Pindah Rumah ke Simprug

Tahir lantas menuturkan bahwa dirinya sangat bersyukur memiliki istri seperti Rosy Riady. Meski lahir dari keluarga taipan negeri, Rosy sangat sabar dan fleksibel dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Tak hanya itu, lanjut Tahir, sang istri pun tak pernah memberikan pertanyaan atau komentar apapun tentang keuntungan bisnis yang dijalannya.

“Dia benar-benar menyatu dengan kehidupan saya dengan segala keterbatasannya. Sikapnya sangat membantu saya dalam memusatkan perhatian pada bisnis,” tukas Tahir.

Begitu pun saat diajak tinggal di rumah masa kecilnya, kata Tahir, Rosy pun tak ‘rewel’. Padahal, kata dia, rumah di rumah Jl. Labu itu tidak begitu nyaman. Jika musim hujan, rumah itu akan kebanjiran.

“Jujur, tinggal di rumah Jl. Labu itu tidak begitu nyaman. Kalau musim hujan, banjirnya akan setinggi tempat tidur kami. Setelah banjir reda pun baunya akan sangat menyengat. Saya dan Rosy selalu bekerja keras membersihkan rumah,” ujar Tahir.

Seiring waktu, mendapati bahwa rumah mertuanya itu tak memberikan kenyamanan untuk keluarga tercintanya, Tahir pun berbicara dengan Rosy untuk pindah dari rumah tersebut.

Dan untungnya, waktu itu ia dan sang ibu sebelumnya telah menyatukan investasi dan membeli sebidang tanah di daerah Simprug, Jakarta Selatan. Tahir pun lantas membangun rumah di sana.

“Rumah itu selesai dibangun ketika rumah di Jl. Labu kebanjiran. Rumah baru kami tidak mewah, tapi cukup luas. Kemudian rumah itu menjadi lebih luas setelah saya membeli tanah sebelahnya. Sampai sekarang saya masih tinggal di rumah Simprug. Di rumah baru itu pula, saya dan Rosy memiliki putri ketiga kami, Victoria,” jelas Tahir.

Baca Juga: Dulu Orang Melarat Kini Jadi Konglomerat Hebat, Ini Filosofi Bisnis yang Dianut Dato Sri Tahir

“Nama Mochtar Riady Menjadi Mimbar Saya”

Tahir mengatakan, jika ada yang bertanya kepadanya dirinya apa saja yang telah ia dapatkan selama menjadi menantu Mochtar Riady, ia pun dengan tegas dari segi harta, tidak ada.  

Menurutnya, satu-satunya kebaikan yang diberikan sang taipan kepada dirinya dalam arti materi adalah rumah di Jl. Labu yang ia tinggali sementara.

Tahir pun bilang, meski mertuanya kaya raya, Mochtar Riady tidak lantas memberinya uang atau pun barang. Namun kata dia, mertuanya itu memberinya sesuatu yang sangat luar biasa dan berharga, yakni sebuah panggung, cap, sebuah ‘identitas’, dan rasa hormat.

Tahir pun harus mengakui bahwa orang-orang menghormati dan cenderung bersikap lebih ramah kepadanya ketika mereka tahu bahwa dia adalah menantu Mochtar Riady. Menurutnya, dunia sedikit lebih mengakomodasi dirinya, terutama orang-orang perbankan.

“Setelah mereka tahu saya menantu Mochtar Riady mereka selalu memasang wajah tersenyum dan ramah. Nama Mochtar Riady menjadi mimbar saya. Saya diangkat dan seolah berdiri di mimbar itu agar orang-orang dapat melihat dan menghormati saya. Saya harus mengakui itu,” tukas Tahir.

Tahir pun menuturkan, orang-orang yang ia temui dari kalangan bisnis pun kebanyakan dari mereka tidak pernah lupa bahwa dirinya adalah menantu Mochtar Riady.

“Terus terang saya harus mengatakan bahwa akhirnya fasilitas berpihak kepada saya. Mungkin beberapa bank yang meminjamkan uang ke saya menyetujuinya karena nama di belakang saya, yakni nama Mochtar Riady. Saya cukup yakin tentang itu,” tandas Tahir.

Seiring waktu, perjuangan Tahir berusaha lepas dari bayang-bayang keluarga mertuanya pun membuahkan hasil. Tahir kini sangat sukses, bahkan melebihi kesuksesan dan kekayaan keluarga sang taipan. 

Per September ini, keluarga Tahir pun masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia peringkat ke-7 menurut Forbes, dengan mengantongi total kekayaan mencapai $5,4 miliar atau sekitar Rp83,4 triliun.

Baca Juga: Cerita Dato Sri Tahir Soal Kecakapan Mochtar Riady dalam Mengelola Perbankan