Sosok ‘Penyelamat’ Hidup dan Bisnis Tahir
Lebih jauh, Tahir pun mengatakan jika dirinya harus berterima kasih kepada 3 orang penting yang telah mempengaruhi dan mencegah dirinya mengambil langkah yang salah.
Adapun, ketiga orang itu adalah sang ayah, Ang Boen Ing; sang ibu, Lina Sindawaty; dan sang mertua yang notabene taipan Lippo Group, Mochtar Riady.
“Papah telah mengajarkan saya tentang kebaikan sebagai landasan hidup. Sementara, mamah adalah orang yang mengajarkan saya tentang arti semangat juang. Dan ketiga adalah Pak Mochtar. Darinya saya belajar tentang filosofi bisnis,” beber Tahir.
“Ketiganya berkontribusi dalam pembentukan karakter bisnis saya. Mereka masing-masing berdampak pada kehati-hatian yang saya terapkan dalam menjalankan bisnis Bank Mayapada. Hasilnya, bank saya terhindar dari krisis moneter,” sambung Tahir.
Terkait dampak lain yang ditimbulkan krisis moneter terhadap Bank Mayapada, Tahir mengatakan jika Bank Mayapada akhirnya tumbuh secara alami mengikuti kondisi yang semakin mendukungnya untuk maju.
“Bank Mayapada telah menemukan jalan yang tepat dalam perjalannya. Bank itu kini melaju cepat tanpa hambatan apapun. Bahkan, hingga hari ini, kinerjanya terus menunjukkan tren peningkatan,” ungkap Tahir.
Seiring waktu, Tahir pun menuturkan, seperti yang dilakukan pebisnis lain dengan modal yang terus bertambah, maka ia pun akhirnya melebarkan sayap ke bisnis lain. Selain memperkuat layanan keuangan, Tahir pun mulai menjajal bisnis kesehatan dengan membangun Mayapada Hospital.
“Kami juga merambah ke bidang perhotelan, ritel, media, pariwisata, properti, dan jasa penerbangan udara,” ujar Tahir.
Saat ini, Bank Mayapada sendiri telah memiliki 200 kantor cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Papua. Total aset Tahir pun terkumpul hingga puluhan triliun. Sebuah julukan baru pun melekat pada dirinya: konglomerat.
“Berbagai media telah menempatkan saya dalam daftar orang terkaya di negeri ini. Apakah julukan itu penting bagi saya? Tidak. Tidak pernah menjadi tujuan saya untuk dapat julukan itu. Sama sekali tidak,” tegas Tahir.
“Yang saya inginkan adalah hasil yang wajar dari seorang manusia yang tidak pernah berhenti berjuang. Itulah hasil perjuangan saya sebagai seorang yang telah mengalami banyak patah hati sejak kecil,” tandas Tahir.
Baca Juga: Cerita Dato Sri Tahir soal Asal Muasal Nama Mayapada