Anies Baswedan digadang-gadang bakal diboyong PDI Perjuangan ke Pilkada Jakarta 2024. Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu disebut-sebut bakal diduetkan dengan Rano Karno sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur untuk Pilgub Jakarta. Rencananya pasangan ini dideklarasikan pada Senin (26/8/2024) lalu namun batal.
Munculnya nama Anies Baswedan di bursa calon gubernur PDI Perjuangan memantik perdebatan hebat di tengah masyarakat, loyalis Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak sepenuhnya menerima hal itu, ini tidak terlepas dari rivalitas Ahok-Anies sejak Pilkada Jakarta 2017 silam.
Baca Juga: Megawati Segera Umumkan Duet Anies-Rano Karno untuk Pilgub Jakarta
Sebaliknya pendukung Anies senang-senang saja jika PDI memberi tiket Calon Gubernur Jakarta, maklum Anies sudah ditinggal pergi partai-partai pendukungnya macam PKS, PKB dan NasDem yang kini telah berganung dengan koalisi super jumbo Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
Di tengah perdebatan itu, pernyataan lawas Ahok yang tampak masih sakit hati dengan Anies Baswedan kembali ramai dibicarakan publik pengguna media sosial. Itu adalah pernyataan Ahok ketika diwawancarai Merry Riana beberapa waktu lalu.
Dalam video wawancara yang tayang di saluran Youtube Merry Riana itu Ahok kembali mengungkit pidato perdana Anies Baswedan setelah memenangi Pilgub Jakarta 2017. Dimana Anies mengungkit penindasan terhadap pribumi yang oleh banyak pihak dinilai sebagai pidato yang memecah belah.
“Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telur, ayam singerimi. Itik yang bertelur, ayam yang mengerami,” demikian bunyi pidato Anies kala itu.
Bagi yang memecah belah anak bangasa itu menandakan Anies Baswedan bukan sosok negarawan ia tak layak menyandang status tersebut. Negarawan adalah mereka yang menyejukan, bukan sebaliknya memecah belah masyarakat karena syahwat politik.
“Bagi saya Anies sangat tidak negarawan. Ketika Anda menang, Anda berpidato memecah belah bangsa. Bahkan Jakarta sudah kembali ke pangkuan pribumi yang dijajah selama ini, itu teksnya di mana-mana. Itu sangat memecah belah bangsa,” kata Ahok.
Menurut Ahok diksi pribumi dan non pribumi memang sangat sensitif, kata itu memicu sentimen negatif pada kelompok masyarakat yang menganggap dirinya adalah pribumi, hal ini dapat berujung pada tindakan-tindakan rasial yang menyasar kelompok minoritas yang dianggap sebagai warga kelas dua dan non pribumi.
“Saya ini asli Indonesia sesuai Undang-Undang lho. Apa karena saya namanya Ahok? Itu yang tidak betul yang Anies lakukan, bagi saya Anies sangat tidak negarawan,” ujarnya.
Baca Juga: Duduk Bareng Megawati, Pramono Anung: Saya Tak Menduga, Tak Meminta, dan Tak Pernah Berharap
Meski sangat jengkel dengan pernyataan Anies, namun Ahok mengaku ketika dirinya mengetahui Anies memenangi Pilkada Jakarta 2017,dirinya langsung memberi selamat kendati banyak pihak yang menganggap kemenangan itu diperoleh lewat cara yang tak seharusnya.
“Dia menang saya beri ucapan selamat, soalnya kamu menang atas seizin Tuhan kok,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Pilkada Jakarta 2017 yang mempertemukan Ahok sebagai calon petahana melawan Anies Baswedan berlangsung sangat panas.
Isu rasial benar-benar tak bisa dibendung. Pendukung Ahok diteror dengan isu-isu agama yang mengerikan. Bahkan agenda politik dikerek masuk rumah-rumah ibadah, di mana para pemuka agama melarang umat memilih pemimpin kafir.
Pendukung Ahok yang meninggal dunia bahkan dilarang dishalatkan di masjid-masjid tertentu sebagaimana kasus yang menimpa almarhum Nenek Hindun.
Puncaknya, Ahok digiring ke penjara karena kasus Al Maidah 51 yang videonya dipotong oleh loyalis Anies Baswedan, Buni Yani sehingga menimbulkan kesan Ahok menista agama Islam karena dianggap memelintir ayat kitab suci untuk kepentingan politik.
Pilkada Jakarta 2017 yang dimenangkan Anies Baswedan dikenang sebagai hajatan pesta demokrasi paling brutal sepanjang sejarah bangsa Indonesia.