Bagi banyak orang, meminum kopi telah menjadi ritual sosial. Kafe dan kedai kopi adalah tempat berkumpul yang nyaman untuk bersantai, berdiskusi, atau bekerja. Generasi muda khususnya, sering menjadikan kafe sebagai ruang kedua, di mana mereka dapat berinteraksi dengan teman atau kolega sambil menikmati secangkir kopi.
Setiap kedai kopi menawarkan cita rasa uniknya masing-masing. Brand kopi lokal menjadi daya tarik kuat karena khas kopinya yang tak kalah beda dengan brand luar. Banyak kafe dan barista di seluruh Indonesia yang berinovasi dengan berbagai metode penyajian.
Baca Juga: Andanu Prasetyo Ungkap Cara Kopi Tuku Jaga Standar Kualitas di Setiap Outlet
Seperti halnya Kopi Tuku yang didirikan oleh Andanu Prasetyo pada tahun 2015. Dengan menu inovasi terkenalnya, yaitu “Kopi Susu Tuku” menjadi pilihan favorit banyak orang.
Kopi Tuku berhasil menciptakan identitas yang kuat di dunia kopi lokal dengan memadukan cita rasa tradisional dan inovasi modern.
Andanu mengatakan, brand kopi lokal yang hadir di setiap toko dan ramai bukanlah karena mereka jago kandang. Ia merasa, ungkapan itu terlalu generalisasi. Pasalnya, banyak sekali entrepreneur di Indonesia yang mempunyai brand kopi lokal dan memiliki hasrat besar untuk lebih global.
Baca Juga: Andanu Prasetyo: Tuku Membesar Karena Tetangga
“Sebenernya bukan karena jago kandang ya, tapi memang by oppurtunity. Sesimpel, apakah betul pada saat kita di luar negeri nanti infrastruktur yang untuk mensupport brand Indonesia ini tumbuh itu ada?” kata Andanu kepada Olenka pada Rabu (16/10/2024).
Brand kopi lokal seringkali menggunakan biji kopi pilihan dari petani di daerah mereka, sehingga menjamin rasa yang autentik dan berkualitas tinggi. Banyak petani kopi Indonesia masih menggunakan metode tradisional, seperti pengolahan basah (wet processing) yang menghasilkan kopi dengan asam yang lebih tinggi dan aroma yang lebih kaya.
Menurut Andanu, penggunaan kopi khas Indonesia bisa menjadi advantage atau disadvantage tersendiri.
Baca Juga: Andanu Prasetyo Ungkap Cara Membuat Brand Sekeren Kopi Tuku
“Bisa jadi advantage kalau itu menjadi sebuah nilai tambah di global. Tapikan nama kita belum dikenal sebesar itu. Tapi, kita bisa mengemas secara culture budaya experiencenya bisa seru nih ada coffee shop yang Indonesia sekali, begitu caranya. Bisa juga disadvantage kalau ternyata untuk dapatkan kopi di Indonesia untuk produk lokal bahan bakunya harus impor dari Indonesia, dan akhirnya menjadi mahal,” ujarnya.
Andanu menjelaskan, bahwa bukan masalah jago kandang, namun yang lebih diperhatikan adalah bagaimana brand kopi mencari suatu formula yang tepat. Tidak hanya dari pelaku usaha saja, tapi juga bisa dari kepemerintahan yang juga sedang melakukan dan meneliti hal tersebut.
“Makanya yang penting untuk dilakukan adalah bersyukur, percaya diri dan akhirnya lakukan segera supaya learning curvenya terjadi. Dari situ kita harusnya berkomunikasi dan kita bersinergi bersama,” ungkapnya.