Untuk mengoptimalkan potensi investasi berdampak di Indonesia, diperlukan infrastruktur dan ekosistem yang mendukung. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan keuangan berkelanjutan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ SDGs dan transisi menuju Net Zero Emission tahun 2060 melalui Climate Risk Management & Scenario Analysis 2024 sebagai panduan sebagai panduan bagi bank untuk mengidentifikasi peluang dan risiko krisis iklim serta bagaimana menghadapinya. 

Prinsip ESG juga telah diadopsi oleh Indonesia Investment Authority sebagai lembaga pengelola investasi di Indonesia untuk memastikan pembangunan berkelanjutan dengan fokus pada 12 area termasuk pengelolaan limbah, emisi sumber energi, dampak ekologis, hingga pelibatan komunitas. Dengan adanya kebijakan yang lebih jelas dan terarah, investasi berdampak diharapkan dapat semakin berkembang dan menarik lebih banyak investor.

Investasi berdampak sering kali dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang dengan imbal hasil yang cenderung lebih lambat dibandingkan investasi konvensional. Rizky Wisnoentoro, Ketua Program Studi Sustainable Finance Universitas Islam Internasional Indonesia, pada kesempatan yang sama menyebutnya sebagai ‘pengorbanan’ yang harus dilakukan. 

“Sebaiknya selalu diingatkan bahwa investasi berdampak memberikan peluang bagi investor untuk membangun reputasi dan kepercayaan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk mitra bisnis, konsumen, dan masyarakat luas dalam mencapai target SDG di Indonesia,” ujar Rizky WIsnoentoro.

Rizky juga memaparkan pentingnya penentuan target yang tepat dan terukur untuk memastikan bahwa perubahaan yang diupayakan tepat sasaran dan bisa dipertanggungjawabkan, terutama masyarakat terdampak. 

“Sayangnya, ini juga yang menjadi tantangan bagi investor dan pelaku bisnis untuk mengukur apakah perubahan pada indikator tertentu benar-benar diakibatkan oleh investasi atau perusahaan yang terlibat. Dengan menentukan target dan skala dari dampak yang ingin dihasilkan, investor dapat mencari “anchor study” untuk menjadi estimasi keuntungan finansial’ dari dampak sosial,“ papar Rizky Wisnoentoro.

Investasi berdampak telah lama dilakukan beberapa negara di Eropa. Laporan dari Konsorsium Investasi Berdampak Eropa memperkirakan bahwa dalam kurun waktu 2022-2024, investasi berdampak pada aset-aset yang tidak terdaftar oleh investor swasta Eropa dan Inggris telah mencapai rekor tertinggi sebesar €190 miliar yang sebelumnya berada di angka €80 miliar. Hampir separuh modal mengalir ke luar Inggris dan Eropa. 

Baca Juga: 3 Tips Investasi Cerdas ala Jutawan, Bantu Meningkatkan Kekayaan di Tahun 2025! Coba Terapkan Yuk!

Jika prospeknya terus didalami, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memimpin pasar impact investing di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan Investing in Women, Indonesia terlibat dalam 20% kesepakatan investasi berdampak di Asia Tenggara pada 2020-2022, menurun dari 30% pada periode 2017-2019 dengan 90 kesepakatan berdampak.

Fikri Syaryadi menyampaikan harapannya atas perkembangan investasi berdampak. Keberlanjutan diharapkan lebih dari sekadar slogan, tetapi benar-benar terwujud melalui pengembangan impact investing di Indonesia. Meskipun keberlanjutan lingkungan dan bisnis yang berfokus pada profit sering dianggap bertentangan, kini semakin banyak investasi yang mendukung pelaku usaha dan model bisnis dengan dampak positif yang nyata. 

“Dengan semakin banyaknya investasi berdampak yang tercatat, Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh di Asia Tenggara sebagai pemimpin dalam investasi berdampak serta menjadi "anchor study" bagi negara-negara tetangga,” paparnya.

“Investasi ini perlu diperluas agar social entrepreneurship dapat diterapkan lebih luas di berbagai sektor. Perubahan ini membuka peluang baru bagi pelaku usaha, baik bagi investor yang beralih menjadi investor berdampak, maupun bagi calon pengusaha untuk mewujudkan inovasi mereka.” tutup Fikri Syaryadi.