UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi dengan baik, terutama di tengah tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Pasalnya, kini muncul fenomena mantab (makan tabungan), yakni keadaan saat masyarakat berbelanja melebihi dari pendapatan yang diterima sehingga terpaksa menggunakan tabungannya untuk kebutuhan sehari-hari.
ASEAN Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan, pola konsumsi di kalangan generasi muda Indonesia kini cenderung mengarah pada gaya hidup konsumtif. Dia mengurai, ada empat kategori konsumsi populer di kalangan milenial, yaitu sun (liburan dan perjalanan), skin (produk perawatan kulit), screen (gadget dan perangkat elektronik), serta sugar (makanan dan minuman manis).
Baca Juga: Gita Wirjawan Jelaskan Aset dengan Nilai Terbesar di Dunia, Apa Itu?
"Peningkatan konsumsi barang-barang gaya hidup ini bisa berdampak negatif jika mengurangi proporsi tabungan. Generasi muda perlu mengurangi konsumsi yang berlebihan dan lebih fokus pada peningkatan aset," jelasnya dalam sesi diskusi "Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi" di acara Like It! 2024 yang diselenggarakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan di Jakarta, Jumat (8/11/2024).
Lebih lanjut Enrico mengatakan, tabungan perlu dijaga sebagai salah satu langkah perlindungan terhadap risiko ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan. Masyarakat juga diminta lebih fokus pada pemenuhan dana darurat. Idealnya, besaran dana darurat ialah 6x pengeluaran bulanan untuk yang belum menikah serta 12x pengeluaran bulanan bagi yang sudah menikah dan memiliki anak.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh UOB Indonesia, kekhawatiran finansial memang menjadi salah satu hal utama yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 76% responden di Indonesia merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka. Kekhawatiran ini bukan hanya terkait aspek finansial, melainkan juga meluas ke ketidakpastian dalam dunia pekerjaan. Tercatat, 61% responden merasa cemas dengan masa depan pekerjaan mereka.
Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, menyebutkan bahwa 49% masyarakat merasa ragu terhadap kemampuan mereka untuk menabung. Banyak yang ingin menabung, tetapi ada ketidakpastian apakah mereka bisa melakukannya secara konsisten.
"Survei ini juga mengungkapkan lima kategori pengeluaran utama di kalangan masyarakat Indonesia. Prioritas utama adalah pendidikan, disusul oleh kebutuhan rumah tangga seperti tagihan listrik, air, dan telepon. Selain itu, konsumsi makanan melalui layanan antar online pun menjadi pengeluaran yang signifikan, seiring dengan meningkatnya popularitas layanan tersebut di era digital," jelasnya.
Survei juga mencatat sebanyak 91% responden di Indonesia mulai menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk dana darurat meski hanya 20% yang memiliki dana darurat cukup untuk bertahan selama enam bulan ke depan.
"Guna mengatur keuangan serta mencukupi kebutuhan dana darurat, sebanyak 70-85% pendapatan sebaiknya dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti tagihan dan cicilan minimum. Selain itu, 10-20% pendapatan dapat digunakan untuk tabungan atau investasi, sedangkan 5-10% lainnya bisa dialokasikan untuk kepentingan pribadi," tegasnya.
Sebagai lembaga keuangan, ujar Vera, UOB Indonesia berkomitmen meningkatkan literasi keuangan masyarakat guna membantu masyarakat dalam perencanaan dan alokasi keuangan yang bijak, terutama dalam hal tabungan dan dana darurat.
"Melalui pemahaman terhadap pola pengeluaran masyarakat, UOB berusaha memberikan edukasi yang tepat mengenai pentingnya tabungan dan investasi jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi situasi finansial tak terduga dan mencapai stabilitas keuangan yang lebih baik," pungkasnya.