Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan jika pihaknya telah menginisiasi dua skema untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis pemerintahan Prabowo Subianto.

Ia mengatakan jika kedua skema tersebut yakni, program pekarangan pangan bergizi dan program peningkatan produksi susu dan daging.

Baca Juga: Rp2 Triliun dari Pemprov DKI untuk Sukseskaan Program Makan Bergizi Gratis

Baca Juga: Iklan Televisi Over Klaim hingga Sukarnya Mengakses Makanan Bergizi: Fakta Di Balik Marak Camilan Berbahaya yang Mengintai Anak-anak

Baca Juga: Camilan Berbahaya Intai Anak-anak, Program Makan Bergizi Prabowo-Gibran Diharapkan Jadi Solusi

Baca Juga: Gaet 15 Chef Hotel, Food Marathon 2024 Komit Atasi Makanan Terbuang dan Keamanan Pangan di Indonesia

Pasalnya, sebagaimana janji kampanye Presiden Prabowo, program tersebut dapat disokong mulai dari rumah tangga melalui program pekarangan pangan bergizi.

Sambung dia, artinya, setiap rumah dapat menyuplai kebutuhan gizi, karbohidrat, protein, vitamin, dan lainnya dari tanaman sendiri.

"Program kita ke depan adalah membagikan benih dan bibit unggul. Jadi di pekarangan bisa tanam sayur-sayuran, umbi-umbian, ternak ayam, bebek, lele di pekarangan," ujarnya dalam keterangannya.

Menurut dia, pekarangan pangan bergizi berpotensi mengurangi belanja rumah tangga.

Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata belanja rumah tangga setiap bulan sebesar Rp2 juta.

Karena itu, ia mengaku optimistis program ini dapat mendorong pergerakan ekonomi di perdesaan.

"Jangan hanya melihat makanan bergizinya. Lihat apa yang bergerak di sekelilingnya. Sayur-sayuran segar, ayam, telur dapat menyuplai bahan baku di sekelilingnya, sehingga ekonomi bergerak di desa," ujarnya.

Kemudian, pihaknya juga akan mendorong peningkatan produksi susu dan daging sapi dengan menggaet investor Vietnam.

"Untuk susu sapi kita mengundang investor dari Vietnam, dia berani produksi susu 1,8 juta, kita impor 3,7 juta, berarti separuh kan. Kami mau kawal," ujarnya.

Investor asal Vietnam tersebut berminat mengelola lahan seluas 10.000 hektare untuk mengembangkan industri sapi perah di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah serta membangun fasilitas pengolahan susu yang diproyeksikan akan menghasilkan produksi susu hingga 1,8 juta ton per tahun.