Obesitas dan kelebihan berat badan menjadi salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat obesitas terrtinggi di dunia.

Menurut data dari NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC), Indonesia menduduki posisi ke-168 dari 200 negara dengan tingkat obesitas tertinggi pada laki-laki dewasa. Per 1 Maret 2024, sekitar 6,53% laki-laki dewasa di Indonesia tercatat mengalami obesitas.

Sementara, 16,58% perempuan dewasa Indonesia mengalami obesitas pada periode yang sama. Ini membuat Indonesia berada di posisi 150 dari 200 negara dengan tingkat obesitas perempuan dewasa tertinggi di dunia. Tingginya angka ini menunjukkan bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan yang signifikan bagi perempuan dan laki-laki dewasa di Indonesia, sehingga diperlukan langkah-langkah pencegahan dan edukasi yang lebih intensif untuk menekan angka ini.

Baca Juga: 4 Gerakan Yoga Asana yang Efektif Menurunkan Berat Badan Secara Berkelanjutan

Menukil dari laman World Health Organization (WHO), obesitas merupakan kondisi medis yang terjadi pada saat adanya penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh. Jika tak segera ditangani, kondisi ini bisa memicu berbagai penyakit yang mengancam jiwa. Seperti dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, memengaruhi kesehatan tulang dan reproduksi, serta meningkatkan risiko kanker tertentu.

Obesitas dapat ditangani dengan mengubah pola hidup yang lebih sehat. Selain mengonsumsi makanan-makanan sehat dan bergizi, aktif bergerak atau berolahraga juga turut andil untuk menurunkan kelebihan berat badan akibat obesitas. Pertanyaannya, jenis olahraga seperti apa yang tepat untuk penderita obesitas?

Pakar Pengobatan Holististik, dr. Cahyono, mengungkap bahwa hal penting yang harus dilakukan adalah mengetahui tujuan dari olahraga itu sendiri. Di mana, olahraga dapat membakar kalori dalam tubuh, menurunkan massa lemak, dan menaikkan massa otot.

“Tapi hari ini banyak orang yang salah. Olahraga hanya sekedar membakar kalori. Dia tidak ada bertujuan untuk menambahkan, menguatkan masa otot. Padahal masa otot ini sangat penting. Orang yang ototnya bagus, ya insya Allah semuanya bagus,” ujar dr. Cahyono seperti dikutip dalam video yang diunggah di akun Instagram @doktercahyono.sp, Rabu (6/11/2024).

Diungkap dr. Cahyono, setiap orang akan mengalami penurunan massa otot pada usia 40 tahun. Dan, akan semakin menurun prosenonal-nya jika tidak dilatih (berolahraga) dan terlalu banyak mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi.

Baca Juga: 6 Jenis Olahraga yang Ampuh Menurunkan Berat Badan, Cuma Butuh Waktu 15 Hari

“Kalau pada saat yang bersamaan, penurunan massa otot, tapi dia baru mulai olahraga? Tidak ada kata terlambat. Intinya begitu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” jelas dr. Cahyono.

Lebih lanjut, dr. Cahyono mengungkap, olahraga yang tepat untuk penderita obesitas di antaranya seperti rutin melakukan olahraga angkat beban, dan jalan lima ribu langkah setiap harinya. 

“Jalan 5 ribu langkah, setelah itu setengah jam angkat beban, latih ototnya lagi, dikuatkan lagi, dibanyakin lagi ototnya. Kebanyakan orang obesitas yang berlebih apa? Kan lemak, bukan otot,” imbuhnya.

Menukil dari laman Healthline, aerobic water juga menjadi salah satu olahraga yang tepat dilakukan oleh penderita obesitas. Menurut para peneliti, olahraga di dalam air dapat memberikan berbagai manfaat. 

Air membantu menopang berat badan, sehingga kamu merasa lebih ringan. Selain itu, air mengurangi tekanan pada persendian, yang berarti nyeri pada pinggul atau lutut yang mungkin kamu asakan saat bergerak di darat akan berkurang secara signifikan saat Anda berdiri di dalam air.

Baca Juga: Green Smoothie untuk Diet: Benarkah Efektif Menurunkan Berat Badan?

Selain itu, sepeda statis dengan tempat duduk dan sandaran, atau yang dikenal sebagai sepeda recumbent, adalah pilihan yang baik untuk orang dengan obesitas. 

Beberapa orang dengan obesitas mungkin memiliki kekuatan inti perut yang kurang, sehingga sulit untuk duduk di sepeda statis tegak. Sepeda duduk juga memberikan tekanan yang lebih rendah pada tulang belakang bagian bawah.

Menggabungkan aktivitas jalan kaki dan bersepeda di sepeda stasioner duduk adalah cara yang baik untuk menargetkan berbagai otot di tubuh bagian bawah.

Semoga bermanfaat!