Dokter sekaligus entrepreneur Tirta Mandira Hudhi mengajak publik untuk memandang privilege atau hak istimewa bukan sebagai sesuatu yang harus disangkal, melainkan dikenali dan dimanfaatkan secara positif. Dalam pandangannya, privilege mirip seperti modal awal dalam kehidupan yang semua orang punya dalam bentuk dan skala berbeda, dan semua tergantung bagaimana cara mengelolanya.
“Semua manusia punya privilege-nya masing-masing. Yang membedakan hanya garis start-nya,” kata dr. Tirta.
Menurutnya, privilege tidak semestinya menjadi penghalang seseorang untuk berbagi atau berkarya. Justru ketika seseorang sadar akan privilege yang dimilikinya, mereka bisa mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif dan berdampak luas.
Baca Juga: Kata dr. Tirta tentang Tipe Pegawai Lone Wolf: Pinter tapi Gak Bisa Kerja Sama, Itu Dangerous!
“Privilege besar, kalau dia mengolah dengan benar, dia akan jadi hebat,” tegasnya.
Ia mencontohkan temannya, Jeffry Jouw atau karib disapa Jejouw, yang berasal dari keluarga berada. Ayahnya adalah pemilik Sunli, perusahaan besar yang membuat plastik untuk Astra.
Meski punya kemudahan finansial, Jejouw tidak memilih jalan instan. Sebaliknya, ia membangun bisnis kreatif bernama USS (Urban Sneaker Society), yang kini dikenal luas sebagai salah satu ekosistem sneaker culture terbesar di Indonesia.
Baca Juga: Najwa Shihab Akui Dapat Banyak Privilege dari Orang Tua
“Dia bisa aja berfoya-foya, beli mobil ini-itu. Tapi dia bikin USS. Sekarang USS-nya besar, bareng saya, dan menghidupi 150 orang. Itu contoh memanfaatkan privilege dengan baik,” kata dr. Tirta.
Dokter yang juga aktif dalam dunia UMKM dan edukasi kesehatan ini menegaskan, tidak ada manusia yang bisa memilih dilahirkan di keluarga mana, tapi setiap orang bisa memilih apa yang ingin ia lakukan dengan modal kehidupan yang ada.
Baca Juga: Rhenald Kasali: Kerja Keras, Jangan Iri dengan Privilege
Ada yang memiliki koneksi, ada yang punya kesehatan prima, ada pula yang diberi akses pendidikan lebih baik. Yang penting, kata dr. Tirta, adalah menyadari dan memanfaatkan kelebihan itu untuk kebaikan bersama, bukan sekadar keuntungan pribadi, apalagi dengan cara yang merugikan orang lain.
“Privilege itu source modal. Tinggal kalian pilih: kalian mau pakai untuk apa?” pungkasnya.