Dengan Family Office Luhut membidik triliuner global untuk berinvestasi di Indonesia atau menanam modal di Indonesia dengan begitu ekonomi Indonesia bisa dengan cepat terdongkrak. Bagi Luhut APBN tidak bisa diandalkan instrumen yang bisa mengerek pertumbuhan ekonomi, APBN kata dia hanya menyumbang 10 hingga 15 persen saja. Bagi Luhut, mendorong investasi asing adalah kunci mempercepat pertumbuhan dan pembangunan.

Namun Ide Family Office ini lagi-lagi oleh Purbaya dianggap tak terlampau penting, bukan Purbaya menolak investasi tetapi menolak insentif yang berpotensi membahayakan kondisi fiskal negara. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah mengajarinya, bahwa segala sesuatu mesti dipikirkan matang-matang, kebijakan ekonomi tak boleh diambil dengan gegah,sebab kalau salah perhitungan bisa membahayakan kondisi fiskal negara. Purbaya lagi-lagi menolak membiayai proyek tersebut. 

"Kalau Dewan Ekonomi Nasional mau bangun sendiri, silakan. Saya tidak akan alihkan anggaran ke sana,”kata Purbaya.