Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa dampak besar bagi berbagai sektor industri. Dari layanan pelanggan hingga pekerjaan pabrik, AI menghadirkan efisiensi tinggi yang secara perlahan menggantikan peran manusia.
Gelombang otomatisasi ini tak lagi menjadi isu masa depan, namun perlu diwaspadai sejak saat ini. Perusahaan dari berbagai belahan dunia berlomba menerapkan teknologi AI untuk memangkas biaya operasional dan meningkatkan produktivitas.
Akibatnya, sejumlah jenis pekerjaan mulai terdesak, terutama yang sifatnya rutin, berulang, dan berbasis data. Jika tidak diantisipasi, jutaan pekerja bisa terdampak secara langsung, bahkan 'tergusur' oleh kehadiran AI. Lantas, pekerjaan apa saja yang terancam?
1. Layanan Pelanggan
Menurut laporan dari Gartner, 95% interaksi layanan pelanggan akan melibatkan teknologi AI pada tahun 2025. Pekerjaan seperti agen call center, petugas live chat, hingga petugas informasi kini dapat digantikan oleh chatbot berbasis AI.
Pasalnya, dengan kehadiran asisten virtual yang dilengkapi teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP) dapat menjawab ribuan pertanyaan pelanggan dalam hitungan detik, tanpa jeda, tanpa lelah.
2. Pekerjaan Manufaktur dan Pabrik
Oxford Economics memperkirakan hingga 20 juta pekerjaan manufaktur akan hilang secara global karena robotisasi pada tahun 2030.
Robot industri telah lama digunakan dalam lini produksi, namun AI kini membuat robot jauh lebih pintar. Mereka dapat belajar dari kesalahan, memindai cacat produksi, dan bekerja non-stop selama 24 jam.
3. Transportasi dan Logistik
American Center for Mobility menyatakan bahwa 294.000 pekerjaan sopir truk di Amerika Serikat dapat digantikan oleh kendaraan otonom dalam dekade ini.
Dengan begitu, teknologi kendaraan tanpa pengemudi (autonomous vehicle) menjadi ancaman nyata bagi sopir truk, taksi, hingga kurir logistik. Perusahaan besar, seperti Tesla dan Waymo terus mengembangkan teknologi ini untuk diterapkan secara luas.
Baca Juga: Menakar Eksistensi Artificial Intelligence vs Masa Depan Suku Bunga
4. Entri Data dan Administrasi
Kemudian, tugas-tugas seperti menginput data, menjadwalkan pertemuan, atau menyusun dokumen kini dapat dilakukan AI dengan tingkat akurasi tinggi dan waktu yang jauh lebih cepat.
Banyak perusahaan telah mengintegrasikan sistem seperti ChatGPT, Microsoft Copilot, hingga Notion AI untuk mempercepat pekerjaan administratif.
5. Penjualan Ritel
Terakhir, penjualan ritel juga disebutkan terancam karena kehadiran AI. British Retail Consortium mencatat penurunan 12% pekerjaan ritel di Inggris sejak 2008 akibat otomatisasi.
Toko fisik mulai berkurang akibat lonjakan e-commerce dan sistem rekomendasi otomatis. Tenaga penjual manusia makin sedikit dibutuhkan karena pelanggan bisa mendapatkan pengalaman belanja yang dipersonalisasi melalui AI.
6. Industri Media dan Konten
Pekerjaan seperti jurnalis, penulis konten, editor video dasar, desainer grafis template, penyiar radio, hingga podcaster kini menghadapi persaingan dengan AI generatif. Model seperti ChatGPT, DALL·E, Midjourney, dan Synthesia mampu menghasilkan artikel, gambar, video pendek, serta suara narasi dalam hitungan detik, tanpa memerlukan istirahat dan dengan skala produksi massal.
Menurut laporan Reuters, surat kabar Il Foglio di Italia berhasil menerbitkan empat halaman setiap hari yang seluruhnya ditulis oleh AI, hal ini meningkatkan penjualan dan mengurangi beban kerja reporter manusia.
Dampaknya di Indonesia
Di Indonesia, ancaman otomatisasi mulai terasa di sektor-sektor, seperti manufaktur, layanan pelanggan, dan transportasi. Industri besar seperti perbankan, e-commerce, dan logistik sudah mulai menerapkan chatbot, AI voice assistant, serta sistem otomasi laporan keuangan.
Sektor manufaktur di kawasan industri seperti Karawang dan Bekasi juga mulai mengadopsi robotika untuk proses produksi yang berulang. Sementara itu, perusahaan ride-hailing seperti Gojek dan Grab terus mengeksplorasi teknologi AI untuk efisiensi operasional, yang ke depannya bisa berdampak pada pengemudi mitra.
Laporan dari McKinsey Indonesia (2023) menyebutkan bahwa sekitar 23 juta pekerjaan berisiko terdisrupsi oleh otomatisasi di tahun-tahun mendatang, terutama pekerjaan dengan keterampilan rendah hingga menengah. Namun di sisi lain, teknologi juga diproyeksikan menciptakan sekitar 27–46 juta pekerjaan baru jika transformasi digital dilakukan secara inklusif.
Baca Juga: Adopsi Kecerdasan Buatan (AI) Bantu Industri Tekan Kerugian Akibat Kebocoran Data
Adaptasi adalah Kunci
Profesor Scott Galloway dari New York University mengatakan, “AI tidak akan mengambil pekerjaan Anda. Tapi, seseorang yang menggunakan AI akan.”
Terbukti dari pernyataan tersebut, meskipun banyak pekerjaan yang terancam, AI tidak serta-merta menyingkirkan semua tenaga kerja manusia. Justru, pekerja yang mampu beradaptasi dan menggunakan AI sebagai alat bantu akan bertahan dan bahkan lebih unggul.
Keterampilan, seperti empati, kreativitas, komunikasi, hingga berpikir strategis tetap sulit ditiru oleh mesin. Maka, masa depan bukan soal menggantikan manusia dengan AI, tetapi bagaimana manusia dan AI dapat berkolaborasi.