Menjelang periode Natal dan Tahun Baru, pemerintah Indonesia kembali menggerakkan ekonomi melalui rangkaian stimulus dan program kolaboratif yang mengambil pusatnya di mal-mal besar di seluruh negeri.

Inisiatif ini bukan sekadar soal belanja murah dan diskon besar-besaran, melainkan bagian dari strategi lebih luas untuk menjaga momentum konsumsi, mendorong UMKM, serta membuka ruang kerja baru di luar model ekonomi konvensional.

Salah satu program unggulan akhir tahun ini adalah BINA Indonesia Great Sale (IGS) 2025, sebuah wisata belanja nasional yang diprakarsai pemerintah bekerja sama dengan asosiasi ritel dan pusat perbelanjaan di Indonesia, termasuk HIPPINDO.

Program yang resmi dibuka pada 18 Desember 2025 ini akan berlangsung hingga 4 Januari 2026, menggandeng lebih dari 380 peritel di 412 pusat perbelanjaan seluruh Indonesia.

Diskon yang ditawarkan mencapai 20% hingga 80% pada berbagai produk, dengan tambahan insentif bagi wisatawan mancanegara melalui pengembalian pajak (VAT refund).

Pemerintah dan pelaku ritel menargetkan transaksi mencapai Rp30 triliun selama periode ini, sekaligus memperluas eksposur produk UMKM ke konsumen yang lebih luas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan pentingnya peran strategis pusat perbelanjaan. Saat kunjungan kerja ke Pondok Indah Mall 1 pada 26 Desember 2025, ia bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata meninjau kesiapan konsep Work From Mall atau Work From Anywhere (WFA).

Konsep ini mengadaptasi mal sebagai hybrid workspace yang mendukung konsumsi sekaligus produktivitas masyarakat.

Pendekatan ini menegaskan bahwa mal tidak lagi sekadar tempat belanja, tetapi juga menjadi simpul aktivitas ekonomi, sosial, dan kerja, sebuah tren yang juga muncul di kota-kota global pasca pandemi.

Selain program belanja nasional, pemerintah menyiapkan paket stimulus lebih besar dengan total sekitar Rp110 triliun untuk meningkatkan daya beli masyarakat, termasuk diskon tarif transportasi seperti kereta api, yang berlaku dari 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026.

Stimulus ini dirancang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi dibanding kuartal sebelumnya dan mendorong konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Ketua Umum HIPPINDO Bicara tentang Permasalahan Impor, Apa Itu?