Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah, baru-baru ini menyampaikan gagasannya terkait jalinan kerja sama antara HIPPINDO dan ATEC dalam menyemarakkan dukungan pada pameran Consumer Sourcing Expo (CSE Asia) 2024.
Menurut Budihardjo, keberadaan pameran ini dapat berguna dalam membuka peluang produk-produk lokal ke kancah internasional. Ia meyakini, adanya pameran-pameran semacam ini memiliki peran pendukung dalam memajukan perekonomian negara.
Selain dapat membantu perekonomian, pameran CSE ini diharapkan dapat menjadi wadah edukasi dari berbagai tindakan ilegal, salah satunya adalah kegiatan impor produk yang tidak sesuai peraturan. Oleh karena itu, Budihardjo mengajak seluruh produsen dan pelaku usaha untuk beralih dan mendukung upaya stabilitas ekonomi.
Baca Juga: HIPPINDO Bicara Dampak Perpindahan Kegiatan Impor 7 Komoditas ke Indonesia Timur
"Makanya kami inisiasi hari ini untuk mendukung pameran yang bersifat resmi dapat berjualan secara legal sehingga membantu meningkatkan ekspor dan uang yang beredar harus dapat dipertahankan" ujar Budihardjo dalam acara press conference CSE seperti dikutip Olenka, Kamis (10/10/2024).
Besar harapan Budihardjo agar masyarakat dapat mengurangi belanja dari luar dan memilih untuk memajukan produk-produk lokal. Dengan begitu, arus uang yang terjadi dapat ditingkatkan. Selain itu, beliau mencontohkan bahwa dengan adanya program makan siang gratis yang digagas oleh Presiden terpilih, menurutnya dapat meningkatkan nilai tukar uang yang lebih efisien terhadap sektor perdagangan di Indonesia.
"Turis banyak masuk di Indonesia, jangan orang Indonesia belanja di luar dan apabila program makan siang itu kalo bisa jalan ada harapan uang beredar karena melibatkan lapisan UKM dari seluruh Indonesia sehingga dapat membantu pergerakan ekonomi di dalam negeri," tambah Budihardjo.
Di samping itu, Budihardjo menyoroti keadaan perekonomian yang sedang menghadapi deflasi. Baginya, hal tersebut terjadi ketika produk-produk luar masuk dengan harga yang relatif murah dan menghancurkan produk dalam negeri. Pasalnya, berbagai produk luar yang terbilang murah tersebut tidak diketahui apakah resmi atau tidak dan kena pajak atau tidak.
"Makin banyak sekarang barang impor murah dan tidak tahu resmi atau tidak dan bayar pajak tidak ini. Dan ini tentunya akan berdampak dengan UKM," tegasnya.
Tata kelola yang dimaksud Budi di sini ialah tentang daya beli masyarakat yang tidak hanya membuat masyarakat membeli, tetapi juga sebagai proses dalam mengatur. Salah satunya berkaitan dengan bahan baku produksi yang sekali lagi di tegasnya harus dipermudah sehingga perindustrian dapat berfungsi. Selain itu, importir yang resmi dapat dipermudah sehingga kegiatan impor dapat meningkat sebagai masukan devisa negara.
"Yang dibesarkan di sini itu volume perdagangannya, bukan nilai pajaknya, kalau omzet naik, pasti bayar pajak," tutupnya.