Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) resmi membuka Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 yang berlangsung selama satu bulan penuh, mulai dari 11 November hingga 12 Desember 2025.
Ajang tahunan ini digelar dengan dukungan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta berbagai kementerian, lembaga, dan mitra strategis lintas sektor.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa sejak pertama kali digelar pada 2019, Bulan Fintech Nasional telah menjadi gerakan nasional untuk memperkuat literasi, inklusi, dan kolaborasi di ekosistem keuangan digital Indonesia.
“Tahun ini, BFN 2025 mengusung tema besar Kolaborasi Tanpa Batas: Transformasi Fintech dalam Mewujudkan Ekonomi yang Inklusif,” ungkap Pandu, saat memberikan sambutan pada pembukaan Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 di Auditorium Plaza Mandiri (Wisma Danantara Indonesia), Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Selama satu bulan penyelenggaraan, lanjut Pandu, BFN 2025 menghadirkan beragam kegiatan, mulai dari seminar internasional, expo, workshop literasi keuangan untuk pelajar dan UMKM, hingga business matching dan investor meetup.
Acara puncak akan digelar pada 10–11 Desember 2025 di Kota Kasablanka Hall dengan tajuk "From Clicks to Props, From Code to Contract: Realizing Inclusive Growth through Trusted Digital Finance Innovation".

Konferensi internasional ini akan mempertemukan regulator, pelaku industri, investor, akademisi, serta mitra global untuk memperkuat sinergi dan menegaskan peran fintech sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pandu kemudian menegaskan bahwa momentum BFN 2025 harus dimaknai lebih dari sekadar seremoni tahunan.
“Hari ini, 11.11, bukan sekadar tanggal cantik. Kita berkumpul dengan satu tekad: menjadikan Indonesia bukan hanya pasar bagi teknologi global, tapi juga pencipta, pemain utama, dan penentu standar masa depan fintech di Asia,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kedaulatan digital sebagai fondasi kedaulatan bangsa di era modern.
“Kedaulatan digital tidak boleh hanya jadi slogan. Di sektor fintech, Indonesia harus memimpin, bukan lagi mengikuti,” tukasnya.
Karena itu, AFTECH mengusung kampanye #FintechAmanTerpercaya sepanjang penyelenggaraan BFN 2025 sebagai wujud komitmen seluruh pelaku industri dalam membangun layanan keuangan digital yang tumbuh karena dipercaya, bukan sekadar populer.
Lebih lanjut, Pandu menekankan bahwa kepercayaan (trust) adalah mata uang utama dalam industri fintech.
“Penyelenggara fintech dan pelaku usaha berkomitmen membangun layanan keuangan digital yang tumbuh karena dipercaya. Tanpa kepercayaan, fintech tidak berarti. Our only currency is trust,” ucapnya.
Menurutnya, dengan kepercayaan akan muncul confidence, dan dengan confidence akan lahir pertumbuhan ekonomi yang kuat.
“Dengan adanya trust, akan ada confidence. Dengan adanya confidence, ekonomi bisa tumbuh hingga delapan persen,” tambah Pandu.
Pandu melanjutkan, BFN 2025 juga menjadi ajang untuk memperluas inklusi keuangan hingga ke lapisan masyarakat paling luas. Pandu mengingatkan kembali amanat Bali Fintech Agenda yang dicanangkan tujuh tahun lalu.
“Fintech harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat, dari sawah, pasar, pabrik, pelabuhan, hingga desa-desa. Inklusi keuangan harus menjadi realita,” ujarnya.
Pandu juga menyoroti hasil Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2025 dan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025 sebagai langkah konkret pemerintah mendorong transformasi ekonomi digital dan sektor riil.
Selain itu, kata dia, AFTECH turut meluncurkan Annual Balance Survey 2024–2025, yang disebut Pandu sebagai ‘candid mirror’ bagi industri.
“Tahun 2025 menjadi tahun yang menguji kita semua. Namun dari situ, kita melihat bahwa banyak perusahaan fintech justru tumbuh lebih kuat tanpa tambahan pendanaan baru. Ini menunjukkan fundamental industri kita makin matang,” jelasnya.
Ia menggambarkan bahwa industri fintech Indonesia kini telah memasuki babak baru, bukan lagi tahap awal, melainkan menuju kematangan.
“Kalau dulu kita masih di tahap SD, sekarang kita sudah masuk SMP bahkan SMA,” ujar Pandu.
Pandu menuturkan, BFN 2025 sendiri menargetkan menjangkau lebih dari 10 juta masyarakat Indonesia melalui berbagai kegiatan edukasi, literasi, dan kolaborasi di kampus, komunitas, media, hingga ruang digital.
Ia pun lantas menutup pernyataannya dengan ajakan agar seluruh pelaku fintech Indonesia tidak hanya berpikir lokal, tapi juga berorientasi global.
“Kita ingin perusahaan-perusahaan fintech Indonesia menjadi regional champions. Dua puluh tahun ke depan, Indonesia tidak boleh hanya menjadi follower. Kita sedang membangun ekonomi digital baru yang relevan, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk Asia dan dunia,” pungkasnya.
Baca Juga: Peran Penting Kolaborasi untuk Capai Keseimbangan Pertumbuhan Fintech